Mohon tunggu...
Calvin Daniswara Bahtiar
Calvin Daniswara Bahtiar Mohon Tunggu... Lainnya - Pencapaian saya adalah pendiri Hampgiftyuk, jasa pembuatan bouquet dan hampers

Nama saya Calvin Daniswara Bahtiar, lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan konsentrasi Linguistik. Saya spesialis dalam komunikasi, kepenulisan, dan penyuntingan, serta memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk bekerja dalam tim.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Empati Menjadi Soft Skill Terpenting di Era Digital?

25 Oktober 2024   18:05 Diperbarui: 28 Oktober 2024   20:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.vecteezy.com/photo/3287858-psychologist-put-hand-on-shoulder-cheer-up-to-mental-depress-man

Di era digital yang semakin cepat dan terhubung, empati menjadi soft skill yang krusial untuk menjaga kualitas hubungan, baik dalam lingkungan profesional maupun sosial. Ketika interaksi banyak bergantung pada teks atau komunikasi virtual, keterampilan empati membantu mengatasi potensi miskomunikasi dan ketegangan yang mudah muncul dalam lingkungan digital.

1. Pentingnya Empati dalam Dunia Kerja Digital

Dalam konteks profesional, empati mendorong hubungan yang lebih solid antar anggota tim, terutama ketika mereka bekerja secara jarak jauh. Pemimpin yang memiliki empati akan lebih memahami kebutuhan tim, mendengarkan dengan lebih baik, dan merespons dengan cara yang mendukung. Ini membantu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung inovasi dan kreativitas, di mana semua anggota merasa dihargai.

Contoh Praktis: Saat ada tim yang merasa kelelahan atau terbebani, seorang pemimpin yang empati akan memprioritaskan kesehatan mental mereka, mungkin dengan memberi waktu istirahat atau menyesuaikan target.

2. Empati dalam Interaksi Sosial di Era Media Sosial

Di media sosial, di mana komentar cepat dan sering tidak dipikirkan matang-matang, empati membantu individu lebih memahami perspektif orang lain. Ini menciptakan suasana yang lebih inklusif dan mendorong diskusi yang lebih bermakna daripada debat yang tidak produktif.

Contoh Praktis: Dalam diskusi kontroversial, pengguna yang berempati akan mencoba memahami sudut pandang lawan bicara sebelum merespons, sehingga percakapan lebih konstruktif.

3. Mengasah Empati dalam Dunia Digital

Melatih empati dalam konteks digital dapat dilakukan dengan beberapa cara:

  • Mendengarkan Aktif: Fokus pada apa yang dikatakan dan dituliskan oleh orang lain tanpa langsung bereaksi. Ini membantu kita memahami maksud asli dan emosi di balik kata-kata mereka.
  • Mencari Perspektif Berbeda: Seringkali, kita terjebak dalam sudut pandang pribadi. Mencoba melihat suatu masalah dari perspektif orang lain dapat memperluas pemahaman kita.
  • Respons Terukur: Dalam interaksi digital, menunda sejenak sebelum merespons membantu kita menghindari respons emosional yang mungkin tidak produktif.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun