Mohon tunggu...
Bonnie Soeherman
Bonnie Soeherman Mohon Tunggu... Konsultan - I am a trainer in the field of innovation, management accounting, and business modeling

I am a trainer in the field of innovation, management accounting, and business modeling, especially in startup companies and existing companies that are developing innovation/ corporate startups. I am very enthusiastic in learning and sharing about creative industry and its prospect. Contact our email: bonnieigniting@gmail.com to get more sharing from Bonnie S Visit my Channel: https://www.youtube.com/c/BonnieS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Startup Business Mulai Goncang, Apakah Ini Akhir Era Startup?

1 Juni 2022   23:08 Diperbarui: 3 Juni 2022   20:15 1918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca postingan kawan saya, mas Faikar terus terang memantapkan saya untuk mengupload video ini, yang awalnya sedikit ragu dengan hipotesis saya, bahwa tanpa akar yang kokoh, tak ada tanaman yang tahan badai. Tanpa profit based-business model yang kuat, tak ada startup bisnis yang bakal sustain.

Ini berkaitan dengan fenomena beberapa hari lalu, tentang startup bubble burst dan istilah baru zombie unicorn. Mulai olengnya pebisnis startup dengan melakukan efisiensi besar melalui phk karyawan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah?

Jay Bhatti, seorang Venture Capitalist (VC), dalam blog medium, menulis secara kritis, pedas, namun cadas tentang Unicorn.

Euforia membangun startup bisnis memang sedang melanda masyarakat kita. Tidak ada yang salah dengan impian tersebut, namun yang menjadi garis tebal di sini adalah apakah memang dibangun dari bisnis model yang kuat?! Bukan sekadar kekuatan atraksi dan menjual mimpi.

Jay mengungkap 3 ciri startup yang perlu diwaspadai:

1. Hype, menggebu-gebu, memamerkan kehebatannya yang sulit masuk di akal. Founders berlagak seperti next Steve Jobs.
2. Dana tak terbatas dari VC yang seindah pelangi.
3. Mereka dapat seperti unicorn, saat terkilir, pergelangan kakinya tidak cukup kuat lagi menopangnya dan jatuh.

Inilah fenomena yang kembali marak dengan istilah Startup Bubble Burst. Sesuatu yang nampak indah secara cepat dan secara cepat juga, meletus.

Beberapa startup yang disebut-sebut media memicu fenomena bubble burst ini adalah Robin Hood, Cameo, Netflix, dan dari tanah air muncul nama Link Aja, JD.ID, dan Zenius Education.

Mereka terpaksa melakukan efisiensi dengan pemecatan karyawan besa-besaran. Anggaran mereka bleeding, tak lagi mampu menopang aksi bakar uang yang bombastis, investor mulai skeptik, atau kondisi makro lainnya seperti suku bunga investasi yang sedang tidak bersahabat. Media menyebutnya sebagai zombie unicorn.

Sebanarnya ini adalah fenomena yang biasa aja. Dari 100% bisnis startup, wajar jika hanya 10 sampai 20 persen yang bertahan memasuki 5 tahunan. Mungkin saja karena era keterbukaan  informasi ini yang membuatnya heboh.

Bisnis itu ujung-ujungnya selalu duit atau cuan. Tak ada yang ujung-ujungnya growth. Apalagi yang ujug-ujug growth. Dan model bisnis sebenarnya sangat menentukan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun