[caption caption="Credit to: EmployeePeerReview"][/caption]
Talent merupakan salah satu element yang terpenting dalam organisasi. Dapat dikatakan bahwa baik atau buruknya sebuah organisasi tergantung pada kualitas orang-orang yang bekerja atau berada di organisasi tersebut. Namun, kehadiran para talent tersebut tidak akan ada artinya apabila organisasi tidak dapat untuk memanfaatkannya dengan baik. Sebuah organisasi harus mempunyai strategi terkait dengan bagaimana memanfaatkan secara maksimal para talet di dalam organisasi tersebut. Hal ini dianggap sangat penting demi menunjang terciptanya Sustainable Strategic Success yang merupakan tujuan dari organisasi demi keberlangsungan hidup perusahaan atau organisasi.
Salah satu permasalahan utama dalam mengelola para talent adalah membuat para talent tersebut mau untuk bertahan di dalam organisasi. Tidak mengherankan, sejumlah uang dengan jumlah yang sangat besar maupun fasilitas rela di keluarkan oleh organisasi sebagai kompensasi dan benefit untuk memotivasi para talent agar bertahan di dalam organisasi. Biaya yang besar tersebut di anggap sepadan dengan kontribusi yang akan diberikan oleh para talet tersebut. Selain itu, banyak organisasi beranggapan bahwa apabila mereka kehilangan seorang talent maka organisasi akan mengeluarkan leih banyak biaya untuk mendapatkan talent pengganti. Biaya akan jauh lebih besar di keluarkan untuk proses recruitment, training, maupun pengembangan kemampuan para kandidat untuk menempati sebuah jabatan di organisasi.
Â
SUDDEN SHIFTING DI SEKTOR SUMBER DAYA MANUSIA
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh organisasi dan juga resiko kehilangan talent yang tinggi membuat beberapa perusahaan memutar otak sebagai jalan keluar permasalahan tersebut. Salah satu solusinya adalah mengganti peran para talent tersebut dengan teknologi. Sebagai contoh, media The New York Times sudah mulai menggunakan teknologi pada kolom pengumuman pernikahan mereka. Pada kolom pernikahan tersebut, para pembaca secara bebas dapat memasukan segala macam informasi terkait yang selanjutnya akan di kemas oleh sistem yang sudah di buat. Contoh lainnya adalah Tawabo, sebuah robot yang di miliki oleh Tokyo Tower, salah satu tujuan wisata di Jepang. Tawabo menggantikan peran dari seorang costumer service dengan memberikan segala informasi guna membantu para wisatawan selama berkunjung  ke Tokyo Tower. Sektor retail pun tidak luput dari fenomena pengalihan sumber daya manusia dengan teknologi. Hal ini terkait dengan berubahnya format bisnis retail dari fisik menuju era digital. Di Inggris contohnya,negara Ratu Elizabeth tersebut menurut British Retail Consortium menunjukan bahwa angka pegawai retail turun dari 3,2juta pegawai pada tahun 2008, menjadi 3juta orang pada tahun 2014. Hal ini di duga akibat dari 40.000 toko fisik yang beralih ke online.
Â
TIDAK SEMUA PERAN DAPAT DI GANTIKAN OLEH TEKNOLOGI
 Namun tidak semua posisi dapat tergantikan oleh teknologi. Menurut Scott Dobroski, seorang ahli dari komunitas pencari kerja Glassdor, sebuah posisi yang membutuhkan tingkat kreatifitas dan sosial yang tinggi kecil kemungkinannya untuk tergantikan oleh teknologi. Doborski berpendapat bahwa hanya pekerjaan dengan tingkat kerumitan dan kemampuan yang rendah yang mempunyai potensi untuk di gantikan oleh teknologi. Sebagai contoh konsultan dan marketing. Konsultan dan marketing adalah pekerjaan yang membutuhkan kreatifitas dan interaksi yang tinggi untuk memecahkan permasalahan yang ada. Oleh karena itu, maka peran dari posisi ini pun sulit untuk dapat tergantikan dengan teknologi.
Apakah posisi anda di organisasi dapat di gantikan oleh teknologi?