Kebiasaan-kebiasaan itu pada akhirnya melatih otak saya untuk tidak mudah bosan dan teralihkan, dan otak ini seakan memiliki standar khusus sendiri dalam mengolah informasi. Susah betul, kadang saya juga balik jadi gen z yang bermasalah. Tapi, dengan tekad kuat hingga saat ini saya lebih banyak mampu tidak melamun dan tidak mudah bosan karena masuk "flow state" ketika membaca buku.
Ini cara efektif kedua: visualisasi
Mungkin beberapa pembaca mengeluh, "yah sebenernya saya juga sudah sering membaca tapi tetap saja zoning out..". Baiklah maka cara kedua ini saya kira efektif untuk menyelesaikan masalah itu. Visualisasi ini maksudnya membayangkan apa yang dibaca. Bayangkanlah dalam bentuk yang lebih konkret. Misalnya kalau membahas dunia internasional, bayangkanlah spesifik negara apa, orang-orangnya, tempatnya atau sekedar jika bahas 'masyarakat' isilah kata tersebut dengan ras/suku masyarakat seperti apa. Itu baru objek, kalau dalam narasi, lebih dibayangkan sebagai skenario yang mengalir dalam pikiran. Kira-kira begitu, jadi semuanya yang tertulis itu bisa dibayangkan, tidak hanya soal fantasi dan imajinasi buku fiksi semata. Cara ini yang selalu saya terapkan ketika membaca apa saja, apalagi bacaan banyak dan berat. Kalau bacaan berat juga ditambah underlining poin penting agar tambah mudah mengingatnya.
Terakhir. Target.
Sebagai tambahan saja, ini sering buat fokus saya meningkat tajam. Saya pura-pura menargetkan: 5 halaman harus selesai sebelum jam sekian karena bakal ada acara. Dengan begitu, adrenalin saya akan terpacu sehingga fokus meningkat berkali-kali lipat (konsep ini mirip ketika saya mengejar deadline, tak heran mendekati tenggat kreativitas tiba-tiba melampaui batas).
Begitu sih kira-kira yang dapat saya bagikan mengenai topik ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih telah membaca sampai akhir!
Salam gen z🫡
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H