Mohon tunggu...
Callista Vania
Callista Vania Mohon Tunggu... -

feel blessed ^^...terserah loe mau describe gw ky apa, Coz baek bagi gw, blum tentu baek bg org lain,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bergelar Doktor Bidang Politik, Gaya Politikus Yuddy Chrisnandi Masih “Kacangan”

8 Mei 2014   20:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:43 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber: inilah.com"][/caption] "Sebagai politikus kawakan, handal dan kaya dengan pengalaman di organisasi politik, (Yuddy) seharusnya tidak gegabah mengambil sikap menvonis kesalahan pada teman politik seperjuangan yang ingin membesarkan partai seperti Pak Hary Tanoesoebidjo”

- Juru Bicara DPP Partai Hanura RJ Suhandoyo

Politikus Yuddy Chrisnandi lama tak muncul di panggung politik nasional, kini tiba – tiba muncul dengan pernyataan yang cukup mengejutkan. Dirinya meminta pertanggungjawaban penuh ketua Bapilu Hanura, Hary Tanoesoedibjo terkait hasil perolehan suara Hanura yang tidak maksimal.

Yuddy lantang bersuara meminta Hary Tanoe mundur dari Hanura. Sayang, manuvernya mendapat respon negatif baik dari kalangan internal Hanura sendiri ataupun dari kalangan eksternal. Banyak pihak yang langsung antipasti padanya dan menyayangkan sikap Yuddy yang dinilai tidak menunjukkan kematangannya dalam berpolitik, padahal tidak hanya kaya pengalaman di dunia perpolitikan, Yuddy juga merupakan Doktor bidang politik dari Universitas Indonesia.

Juru Bicara DPP Hanura, RJ Suhandoyo menilai, Yuddy yang saat ini menjabat Ketua DPP Hanura tersebut terlalu gegabah dan kebablasan dalam memberikan komentar. Menurutnya, Yuddy adalah politikus kawakan yang kaya akan pengalaman di orginasasi politik sehingga tidak pantas bersikap seperti itu.

“Sebaiknya, pernyataan yang dapat membangun budaya perpecahan seharusnya dihindari agar cita – cita partai yang didamda saat ini bisa dicapai. Saran dan kritikan tajam pada sebuah kebijakan akan lebih tepat bila disalurkan lewat forum resmi dalm kegiatan rapim atau rapat badan pengurus harian, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan,” kata Suhandoyo.

Yuddy memang bukan orang baru dalam kancah perpolitikan nasional. Politikus yang pernah menjabat sebagai Ketua Bapilu Hanura sebelum digantikan Hary Tanoe ini pernah menjadi anggota DPR Komisi I dari Golkar dan berkarir di partai beringin tersebut sekitar 16 tahun.

Karir politik Yuddy memang naik turun karena gaya politiknya yang kaku. Namanya sempat terkenal saat menjadi anggota DPR periode 2004 – 2009. Saat itu, sikap Yuddy sering berseberangan dengan fraksinya dalam merespon isu publik. Sama halnya di Golkar, di partai Hanura tempatnya bernaung sekarang ini, Yuddy dianggap sebagai “duri dalam daging”. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, maka dia tak segan melontorkan pernyataan yang menyulut kisruh internal partai tempatnnya berada.

Pada Pemilu 2009, Yuddy bermaksud mengajukan diri sebagai Calon Presiden. Dirinya melakukan roadshow ke sejumlah daerah dengan mengusung tema “Yuddy Chrisnandi ’09 Perubahan Akan Datang”. Saat di Golkar, Yuddy mengikuti pemilihan Ketua Umum Golkar tetapi gagal. Yuddy tidak memperoleh satu suara pun dalam Munas Golkar di Riau.

Saat menjadi kader Golkar, Yuddy sempat maju sebagai Caleg di Dapil Jabar VII tetapi dirinya mengundurkan diri hanya karena persoalan nomor urut. Karena konflik pribadinya di Golkar, Yuddy mengundurkan diri pada Februari 2010 kemudian bergabung dengan Hanura. Di partai berlambang anak panah ini pun, Yuddy kembali maju sebagai Caleg, namun lagi – lagi dirinya gagal melaju ke Senayan karena perolehan suara yang minim padahal dirinya mendapat nomor urut 1.

Pengalaman politik Yuddy memang tidak perlu diragukan lagi ditambah lagi dengan latar belakang pendidikannya yang sudah mencapai tinggi tertinggi dalam bidang politik. Meskipun begitu, Yuddy masih belum bisa menunjukkan kematangan dalam berpolitik alias kacangan atau seperti yang dikatakan Fuad Bawazier “Kacangan”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun