Menurut Survei dari Badan Pusat Statistik, jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2021, jumlah kendaraan bermotor mencapai 141. 992. 573 yang mencakup bis, mobil barang, mobil penumpang, dan sepeda motor. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan polusi udara yang nantinya akan mempengaruhi lingkungan. Contohnya seperti adanya efek rumah kaca dan juga pemanasan global.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan moda transportasi publik yang berkapasitas besar. Sehingga banyak masyarakat yang akan berpindah ke transportasi publik tersebut. Salah satu opsinya yaitu kereta api. Bahkan Kementerian Perhubungan sendiri memilih moda transportasi tersebut.
Sayapun setuju dengan keputusan tersebut karena kereta api sendiri bisa mengangkut banyak orang dalam satu waktu. Lalu, waktu tempuh yang dibutuhkan lebih pasti mengingat kereta api memiliki jalurnya sendiri tidak seperti transportasi lain yang berbasis jalan raya. Harganya juga lebih ekonomis tidak seperti pesawat, sehingga bisa dijangkau oleh hampir semua kalangan. Kereta api juga lebih hemat bahan bakar serta menghasilkan gas emisi yang rendah.
Alasan-alasan tersebut membuat saya setuju jika pembangunan transportasi berbasis rel ini diratakan ke seluruh Indonesia. Sejujurnya di daerah saya sendiri, di Tuban, Jawa Timur, belum ada kereta api sebagai transportasi umum. Kami warga Tuban harus menempuh jarak kurang lebih 48 menit terlebih dahulu, karena stasiun terdekat dari kota saya berada di kota Babat. Dulu di kota saya memang sempat ada stasiun, tetapi pada tahun 1990 stasiun tersebut dinonaktifkan. Saya hanya mendengar stasiun tersebut dari cerita kedua orang tua saya. Sempat pula saya jumpai beberapa puing-puing sisa rel kereta api di tengah perkampungan yang masih tertinggal disana. Melihat itu membuat saya membayangkan betapa serunya jika di kota saya ada kereta api.
Setelah saya cari tahu ternyata masih banyak juga daerah yang belum mendapat akses kereta api sama seperti daerah saya. Terlebih lagi di daerah luar pulau jawa, masih minim sekali akses transportasi umumnya. Maka dari itu saya berharap kedepannya ada rencana pembangunan transportasi umum berbasis rel yang merata di Indonesia.
Hal ini juga dapat berpengaruh ke masalah pencemaran lingkungan. Jika banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadinya masing-masing, maka angka penggunaan kendaraan bermotorpun bisa menurun. Tentunya ketika angka penggunaan kendaraan bermotor menurun, akan berpengaruh juga ke penurunan gas emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Jika gas emisi karbon berkurang maka polusi gudara juga akan menurun.
Poin lain mengapa saya mendukung pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia untuk Mengurangi polusi serta kemacetan adalah kereta api bisa mengangkut banyak orang atau barang dalam satu waktu. Jumlah yang bisa diangkut lebih banyak daripada yang bisa diangkut kendaraan pribadi seperti mobil yang maksimal hanya 8 orang. Untuk pengangkutan barang juga lebih efisien karena menurut sumber cargo.kai.id, sekali kereta api berjalan bisa mengangkut kurang lebih 20 ton untuk satu gerbong. Kapasitas tersebut jelas lebih banyak daripada dump truck kecil yang memiliki kapasitas kurang lebih 25 ton.
Itulah beberapa alasan mengapa saya mendukung adanya pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia untuk mengurangi polusi serta kemacetan. Harapannya semoga di masa depan semua masyarakat indonesia bisa merasakan keuntungan adanya tranportasi-transportasi publik seperti kereta api di daerah mereka masing-masing. Sehingga nantinya transportasi publik bisa menjadi solusi dari masaah pencemaran lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H