Mohon tunggu...
Anissa Nur Syakinah Litiloly
Anissa Nur Syakinah Litiloly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa kebidanan universitas Bhakti Husada Indonesia

Hanya seorang wanita yang mengutarakan perasaan nya dalam coretan kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenapa Perokok Aktif Gak Peduli Bahayanya Asap Rokok Buat Perokok Pasif?

28 Oktober 2024   15:30 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:37 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kadang kita suka bertanya-tanya, kenapa sih perokok aktif seperti nggak peduli sama bahayanya asap rokok buat orang lain? Padahal, yang kena dampaknya itu bukan cuma mereka sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar—alias perokok pasif. Yuk, kita bahas kenapa hal ini bisa terjadi, tapi santai aja, tanpa marah-marah.

Salah satu alasan utamanya adalah karena kurangnya kesadaran dan edukasi. Banyak perokok aktif mungkin udah sering denger soal bahaya rokok, tapi belum benar-benar paham betapa seriusnya efek asap rokok buat orang lain. Buat sebagian dari mereka, rokok itu urusan pribadi. Mereka mikir, “Asal nggak merugikan diri sendiri, ya nggak masalah.” Padahal, asap yang mereka hembuskan itu bisa tersebar di udara dan nempel di sekitar, bikin orang lain ikut kena dampaknya. Kurangnya edukasi yang menyeluruh bikin mereka nggak sadar kalau efek samping ini bisa benar-benar berbahaya, terutama buat anak-anak dan orang tua.

Di sisi lain, adiksi rokok sering kali lebih kuat daripada logika. Rokok itu bikin kecanduan, dan rasa ketergantungan ini bisa bikin mereka susah berpikir jernih soal dampak negatifnya. Meskipun mereka tahu bahayanya, keinginan buat ngerokok itu bisa bikin mereka lupa sama efek buruknya bagi orang lain. Yang ada di kepala mereka, craving-nya harus terpuaskan dulu. Soal bahaya buat orang lain, itu jadi urusan belakangan.

Nggak hanya soal adiksi, kebiasaan merokok sering kali juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kalau dari dulu mereka sering nongkrong bareng teman-teman atau keluarga yang juga merokok, wajar aja kalau mereka menganggap rokok sebagai hal biasa. Bahkan, buat beberapa orang, ngerokok bareng teman-teman itu terasa kayak momen yang "nyambung" dan mendekatkan. Karena sudah terbiasa, mereka jadi merasa nggak ada yang salah dengan merokok di depan orang lain, padahal orang di sekitarnya jadi kena dampak buruknya.

Ada juga yang merasa kalau ngerokok itu hak pribadi mereka. Mereka berpikir, "Ini kan tubuh gue, kenapa orang lain harus ikut campur?” Sayangnya, mereka sering lupa kalau asap rokok itu nggak kenal batas. Asapnya bisa terhirup siapa aja, bahkan orang yang nggak merokok sekalipun. Pola pikir kayak gini bikin mereka merasa orang lain terlalu “ikut campur” soal kebiasaan mereka, padahal kenyataannya, efeknya memang bisa merugikan orang di sekitar.

Terakhir, kadang yang bikin gemas adalah kurangnya empati terhadap orang-orang di sekitar. Beberapa perokok aktif nggak sadar kalau asap rokok yang mereka hembuskan bisa bikin orang lain sesak napas, batuk-batuk, atau bahkan kena masalah kesehatan yang lebih serius. Mereka terlalu fokus sama kenikmatan sesaat dari rokok, tanpa mikirin dampak jangka panjangnya buat orang lain.

Terus, solusinya apa? Ya, kita nggak bisa langsung nge-judge perokok aktif tanpa tahu alasan mereka, tapi kita bisa saling mengingatkan dengan cara yang sopan dan nggak menggurui. Edukasi soal bahaya asap rokok perlu terus disebarkan, biar semua orang paham kalau ini bukan cuma soal “gue dan rokok gue,” tapi juga soal kesehatan orang-orang di sekitar. Kalau kita saling peduli, pasti deh, makin banyak yang sadar dan mau berubah.

Jadi, yuk, mulai lebih peduli sama lingkungan sekitar dan coba lebih peka sama perasaan orang lain! Buat kamu yang perokok aktif, coba deh pikirin lagi efek dari kebiasaan ini buat orang-orang tersayang di sekitarmu. Bukan berarti kamu harus langsung berhenti, tapi setidaknya bisa mulai dari langkah kecil kayak ngerokok di tempat yang udah disediakan. Karena, pada akhirnya, kesehatan itu mahal, dan lebih baik dijaga sebelum terlambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun