Pendidikan yang berkualitas merupakan landasan bagi peningkatan taraf hidup masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif tentunya diperlukan untuk memenuhi target. Target yang dimaksud adalah memberikan akses pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah, serta perguruan tinggi yang dapat dijangkau oleh seluruh khalayak masyarakat dengan mutu yang terjamin.
Bertahun-tahun Indonesia kerap memberikan pelayanan terbaik untuk membantu terciptanya generasi masa depan yang mampu membangun negara dengan maksimal. Beberapa kurikulum diberikan, diganti, dan juga diperbaiki. Namun nyatanya, dapat dilihat bahwa di negara ini masih banyak sekali siswa baik di sekolah maupun di perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah, hingga keluarga. Banyaknya siswa yang masih mendapat nilai di bawah KKM atau bahkan tidak memiliki keinginan untuk belajar, menjadi alasan bagi pemerintah untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.
Di zaman yang serba digital, diperlukan adanya perubahan dalam pembelajaran sehari-hari. Digitalisasi yang datang seirama dengan industri 4.0, atau yang perlahan bahkan sudah menuju 5.0 haram hukumnya untuk diabaikan. Bagi pemerintah maupun petinggi pendidikan penting adanya untuk menelaah apa yang bisa dilakukan di era ini agar pembelajaran semakin maksimum. Hal ini dikarenakan peserta didik kini telah memiliki cara belajar yang berbeda dibandingkan dengan generasi terdahulu.
Revolusi industri selalu terjadi , dan revolusi industri di Indonesia saat ini telah mencapai titik 4.0. Revolusi ini dapat menyatukan dunia baik dari yang digital maupun fisik serta menawarkan peluang baru dalam mengumpulkan, menyebarkan serta menggunakan informasi. Hal ini berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong inovasi dalam skala besar di berbagai macam segmen. Baik itu perusahaan, masyarakat, maupun pendidikan. Dikutip dari Savitri (2019), dengan munculnya Revolusi Industri 4.0 akan banyak teknologi yang nyatanya mampu memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dari penjelasan tersebut, Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah revolusi baru yang muncul dan dampaknya dapat menyebabkan masyarakat melihatnya melalui dua sisi, yaitu ancaman atau kesempatan. Sebagai pemerintah atau petinggi pendidikan, tentunya harus mampu melihat peluang apa yang dapat diambil di revolusi ini yang dapat membantu sistem kinerja dalam pendidikan di Indonesia. Penggunaan media online atau video-video animasi menjadi contoh awal bahwa perubahan ini dapat menjadi titik awal yang baik bagi Indonesia.
Adanya dua sisi, ancaman dan kesempatan, revolusi industri yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan dunia teknologi yang semakin canggih yang mana dalam penggunaannya diperlukan pengawasan lebih lanjut agar ancaman yang ada tidak melukai penggunanya. Perkembangan teknologi di sini dapat memfasilitasi masyarakat untuk lebih cepat dan update terhadap akses informasi yang tentunya juga berdampak adanya peningkatan pengetahuan dan melahirkan daya saing global. Namun juga, ada adampak yang tentunya berlawanan yaitu penggunaan yang tidak terkontrol juga akan berdampak negatif ke depannya.
Dampak negatif dari tidak terkonrolnya penggunaan teknologi yang cukup signifikan terlihat jelas adalah potensi terjadinya learning loss yang dialami sebagian besar pelajar di masa pandemi Covid-19. Adanya disrupsi pandemi Covid-19 ini memunculkan adanya kebijakan work from home seperti halnya pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi yang mana tentunya menjadi salah satu tantangan bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus bekerja sama melakukan upaya dan mitigasi potensi learning loss tersebut.
Walau begitu, tidak dapat dipungkiri juga jika teknologi tetap berperan besar dalam keberlanjutan Pendidikan di masa pandemi Covid-19. Pemanfaatan aplikasi atau media teknologi digital seperti Zoom, Google Classroom, Whatsapp group menjadi sosok pahlawan keberlanjutan pendidikan di saat kebijakan work from home diterapkan. Seperti halnya adanya Whatsapp group yang penggunaanya khusus menjadi sangat optimal sebagai platform yang sangat penting dalam penyebaran informasi pembelajaran bagi pelajar. Sehingga masa pandemi Covid-19 sendiri juga menjadi masa transisi aplikasi aplikasi tersebut yang sebelum pandemi Covid-19 frekuensi dan tingkat penggunaannya yang rendah dan kurang optimal menjadi lebih optimal dalam penggunaannya.
Pandemi Covid-19 sendiri juga memunculkan banyak platform yang menunjang keberlanjutan kualitas pendidikan seperti hal aplikasi bimbingan belajar online yang bisa diakses dengan mudah oleh penggunanya dari rumah tanpa harus keluar dari rumah. Tidak hanya platform pendidikan, pandemi Covid-19 Â juga menghasilkan banyak sekali peluang kesempatan riset dan penelitian dengan seiring munculnya banyak masa transisi dan perubahan dari masa normal ke masa pandemi.
Akan tetapi perlu disadari juga, adanya tantangan yang harus dihadapi untuk menanggulangi dampak negatif penerapan teknologi dalam pendidikan. Pandemi Covid-19 sendiri erat kaitannya dengan learning loss yang tercipta dari adanya pembelajaran jarak jauh. The Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa learning loss adalah situasi di mana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau khusus atau terjadinya kemunduran secara akademik karena kondisi tertentu seperti kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan.
Untuk mempertahankan kelangsungan pendidikan dan proses belajar mengajar tentu saja kita butuh peran banyak pihak. Tidak hanya teknologi, walaupun di sini peran teknologi sangat dibutuhkan. Peran dari sisi pengguna yang mana di sini adalah pihak masyarakat harus juga mendorong dari sisi penggunaan. Masyarakat khususnya pelajar perlu untuk terus belajar beradaptasi dan terbiasa dengan hadirnya teknologi dalam pembelajaran agar bisa mengoptimalkan pemanfaatan teknologi.