Sebagai perusahaan penyedia listrik terbesar di Indonesia, PLN masih sangat bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Sayangnya, PLTU menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Masalah ini semakin mendesak setelah pemerintah mulai menerapkan pajak karbon yang mewajibkan perusahaan membayar biaya tambahan atas emisi yang dihasilkan.
Dengan penerapan pajak karbon ini, PLN menghadapi tantangan besar: bagaimana cara agar tetap menyediakan listrik dengan harga terjangkau tanpa harus terbebani oleh pajak karbon yang tinggi?
Pajak karbon yang mulai diterapkan di Indonesia bertujuan untuk mendorong penggunaan energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Bagi PLN, ini berarti semakin tinggi emisi yang dihasilkan, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan.
Untuk menghindari dan mengatasi tingginya beban pajak, PLN mulai mencari solusi alternatif yang dapat mengurangi emisi tanpa mengganggu pasokan listrik nasional. Salah satu langkah yang dilakukan adalah penerapan teknologi co-firing, yakni mencampurkan biomassa dengan batu bara di PLTU untuk mengurangi emisi karbon.
Teknologi co-firing yang diterapkan PLN mulai membuahkan hasil. Sepanjang tahun 2023, PLN berhasil menekan emisi karbon hingga 1,05 juta ton CO ekuivalen dengan menggunakan biomassa sebagai bahan bakar campuran di PLTU. Ini berarti PLN bisa mengurangi jumlah pajak karbon yang harus dibayarkan, sekaligus membantu pemerintah mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Selain itu, dengan semakin luasnya penerapan energi alternatif seperti co-firing, PLN juga bisa mempercepat transisi menuju energi yang lebih bersih tanpa harus menutup PLTU yang sudah ada.
Adapun beberapa faktor dan alasan mengapa PLN serius menerapkan co-firing, di antaranya sebagai berikut:
- Pajak karbon mendorong perusahaan untuk mencari solusi pengurangan emisi agar tidak terbebani biaya tambahan.
Sebagai BUMN, PLN memiliki tanggung jawab untuk mendukung transisi energi bersih dan mencapai target net zero emission pada 2060. - Indonesia memiliki banyak sumber biomassa yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
- Teknologi co-firing bisa diterapkan di PLTU yang sudah ada tanpa perlu investasi besar dalam infrastruktur baru.
Dengan langkah ini, PLN tidak hanya menyesuaikan diri dengan kebijakan lingkungan, tetapi juga turut berperan dalam mewujudkan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI