Sel punca bisa diambil dari embrio, darah tali pusat bayi baru lahir dan dari orang dewasa. Sel punca yang dikembangkan di Indonesia adalah sel punca darah tepi dan sel punca sumsum tulang. Sel punca embrio belum dikembangkan di Indonesia karena etikanya diperdebatkan. Sel punca dewasa bisa diambil dari tubuh pasien sendiri (autologous) atau orang lain (allogenic).
Selain untuk pengobatan yang telah disebutkan di atas, sel punca yang diambil dari darah tali pusat bayi yang baru lahir juga dapat menghasilkan zat telomerase yang mempunyai khasiat awet muda dan hidup abadi, yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Yaitu sistem Telomer dan Telomerase.
Telomer adalah ekor atau ujung kromosom kita yang melindungi kode DNA genom. Telomer terkait dengan penuaan dan penyakit.
Telomer menjadi lebih pendek setiap kali sel membelah dan pada titik tertentu, ketika mereka mencapai panjang kritis, sel tidak lagi bisa membelah dan akan mati. umur mereka yang terbatas berarti bahwa sel-sel tumbuh di laboratorium bisa rumit, mengingat hanya ada begitu banyak doubling sel sebelum mereka menyerah hantu. fungsi telomer pada manusia telah dikaitkan dengan banyak penyakit dan mereka telah dipelajari selama beberapa dekade, sering dengan harapan pemahaman yang lebih baik atau menunda proses penuaan.
Sebelum membelah diri, sel akan menjalani beberapa fase. Salah satunya adalah fase S (fase sintesis) yang memungkinkan penggandaan seluruh untai DNA yang menyusun genom. Penggandaan DNA pada umumnya dilakukan oleh enzim DNA-polimerase. Namun, sintesis DNA yang dianut oleh DNA polimerase tidak memungkinkan penggandaan pada bagian ujung DNA linear. Dengan adanya struktur telomer yang khas dan enzim telomerase penggandaan untai DNA dapat dilakukan secara menyeluruh.
Pada bayi dan anak-anak balita, telomernya masih sangat panjang, sehingga masih dapat menggantikan sel-sel yang rusak. Pada orang lanjut usia, telomernya sudah pendek dan hampir habis. Sehingga sel sel kulit yang rusak tidak dapat segera digantikan dengan yang baru, sehingga sempat kelihatan keriput. Pada usia yang lebih muda, sel kulit yang rusak segera digantikan dengan yang baru karena enzim telomerase masih banyak tersedia.
Bila suatu sel tidak memiliki enzim telomerase, yang disebabkan usia tua ataupun proses penuaan dini, sel tersebut tidak mampu menggandakan bagian paling akhir dari untai DNA-nya, walaupun tetap dapat membelah diri. Hal tersebut menyebabkan untai DNA pada sel anakan menjadi lebih pendek dari sel awal. Bila keadaan ini berlanjut terus-menerus seiring dengan pembelahan sel, untai DNA menjadi terlalu pendek dan kestabilan genom terganggu. Keadaan ini mengancam kelanjutan hidup sel, dan dapat mengaktifkan program bunuh diri sel (apoptosis), atau sel berhenti membelah dan memasuki tahap "jompo" (senescence).
Pemendekan telomer seiring dengan pembelahan sel telah berhasil dihubungkan secara ilmiah dengan penuaan (senescense).
Tanpa adanya aktivitas telomerase, sel akan mengalami pemendekan setiap membelah diri, sehingga organ dan jaringan yang sering membelah (misalnya kulit, jaringan pencernaan) akan mengalami pemendekan telomer yang jauh lebih cepat daripada sel-sel yang jarang membelah diri (misalnya sel otak).