Mohon tunggu...
Abdullah Huda
Abdullah Huda Mohon Tunggu... -

Berfikir Bebas, menuju manusia insan kamil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesendirian Atau Menyendiri

22 Mei 2015   21:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seringkali manusia mengalami titik jenuh dalam kehidupannya. Entah faktor apa yang membuat banyak manusia seakan menyalahkan keadaan, ketika lingkungan sekitarnya dirasa membuat dirinya tersiksa. Kesendirianpun akhirnya disandarkan sebagai penyebab kompleksnya kehidupan, hingga tak jarang manusia melakukan kegiatan yang negatif. Seperti meminum – minuman keras, narkoba bahkan sampai pada perilaku hidup yang tak terkontrol yaitu keluar hingga larut malam. Kegiatan itupun berlangsung setiap hari, tanpa kita menemukan apa sebenarnya penyebab kesendirian itu.

Melihat demografik penduduk Indonesia yang di dominasi kaum muda, yang sejatinya itulah usia – usia produktif. Namun yang sering banyak mengalami kesendirian itu adalah kaum muda. Berbagai faktor yang menyebabkan kesendirian dikalangan kaum muda adalah tidak adanya pacar atau pasangan hidup. Jika anak muda yang tidak memiliki pacar maka teman – temannya memanggilnya jomblo. Jomblo dilekatkan kepada anak muda yang sedang mengalami kesendirian dibandingkan dengan temannya yang sudah memiliki pacar. Sehingga jomblo identik dengan kesendirian seorang kaula muda yang terus – menerus mendapatkan sentimen status diri. Apalagi banyak di sosial media bertebaran kata – kata “truck saja gandengan, masak kamu masih saja sendirian”.

Fenomena ini menjadi permasalahan dalam pembentukan dan proses pencarian jati diri anak muda. Sehingga anak muda yang bersatatus jomblo berusaha keras bagaimana caranya ia dapat membuktikan kepada temannya, bahwa ia mampu mendapatkan pacar. Pemahaman ini sudah saatnya diluruskan dan dibenarkan. Sebagai edukasi jati diri, kalau jomblo itu bukan kita mengalami kesendirian. Pemahaman itu harus di balik dengan sebuah pertanyaan apakah kita betul mengalami kesendirian atau sebenarnya kita sedang menyendiri karena keadaan dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat ?.

Kita pernah mendapatkan pemahaman jika, manusia meiliki akal untuk berfikir dan hewan tidak memiliki akal untuk berfikir. Disinilah manusia dituntut untuk lebih berperilaku lebih daripada apa yang dilakukan seekor hewan. Manusia memiliki akal yang digunakan untuk berfikir tentang dirinya dan lingkungannya. Jika jomblo diletakkan sebagai penyebab kesendirian, maka sebenarnya kita sedang menginginkan diri kita untuk menyendiri dengan keadaan lingkungan. Kita sedang terjebak kedalam arus budaya dan pemahaman yang sudah melekat di pergaulan anak muda sekarang. Kita bisa melakukan aktivitas positif apapun, tidak ada pembatasan ekspresi diri di kehidupan ini. Tinggal bagaimana kita mau melakukannya apa tidak. Tidak ada kesendirian dalam kehidupan ini, dan tak ada faktor absolut yang melekatkan apa yang sedang kita alami itu adalah bentuk dari kesendirian.

Bagaimana mungkin jika teman kita yang memiliki pacar itu tidak bisa dikatakan sedang mengalami kesendirian ? kalau kesendirian itu bermakna ruang kosong dalam hati, maka dipastikan teman kita sedang megalami kekosongan hati. Karena dia telah membelenggu hatinya dari keindahan dan kenikmatan wanita dan pria lain. Belum ada jaminan jika wanita atau pria yang sedang berpacaran dengan kita menjadi jodoh kita nantinya. Manusia itu memiliki sifat tidak akan puas jika ia belum mendapatkan apa yang manusia lain bisa mendpatkannya. Usia muda memiliki jiwa revolusioer, jiwa yang terus ingin mencari tentang apa yang ia lihat dan rasakan. Bisa saya katakan kalau kita sedang tidak mengalami kesendirian, tetapi kita sedang menyindiri dari indahnya dunia yang belum pernah kita rasakan dan kita cumbu keindahan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun