Mohon tunggu...
Cak Usma
Cak Usma Mohon Tunggu... -

HoM MelOn. Ketua Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja http://www.aswajanu.com . Ketua Umum Keluarga Wikusama. Rasulullah aku padamu. Gusdurian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keterbukaan Media (Internet) Vs Pergeseran Nilai

1 Juni 2013   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:41 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rekan sekalian,

[caption id="attachment_257363" align="alignnone" width="300" caption="Pergeseran Cara Pandang Sumber gambar: ryandhikapunya.blogspot.com "][/caption]

Adalah beberapa point yang semestinya menjadi perhatian dan bahan perjuangan kita bersama:
1. Daya jelajah internet itu sangat kuat, dia bisa masuk di sudut-sudut sepi kamar sempit meski dalam nir lampu.

2. Saat ini pun, internet sudah mampu menjadi 'mini lauhul mahfudz', yang akan mencatat amal perbuatan kita tanpa bisa dihapus.
Contoh sekarang: coba masukkan kata 'Ahmad Fathonah' atau 'Ariel Peterpan' di Google, maka itulah catatan perbuatan 'Ariel Peterpan' di dunia internet. Siapa yang bisa menghapusnya? Itu bisa jadi dapat diakses secara abadi, bahkan sampai si Ariel meninggal.

3. Dari kemampuan 'mini lauhul mahfudz' tersebut manusia akan ditantang untuk berbuat baik atau berbuat buruk sampai pada batas tidak diketahui oleh orang atau tidak dicatatkan ke internet, entah apapun bentuk catatannya, bisa blog atau berita, dsj.
Karena begitu berbuat buruk dan ada yg mencatatnya ke internet, maka di situlah catatan yg tak bisa dihapus terjadi, sampai akhir zaman.

4. Hingga, saat ini, skenario para penjunjung keburukan itu, adalah bagaimana mengubah persepsi nilai buruk menjadi baik.
Bagaimana mengubah pandangan perbuatan buruk menjadi biasa dan selanjutnya layak ditiru?
Maka, jadilah kampanye 'ketertidasan yang menghiba' untuk selanjutnya 'bangkit' atau moveOn kembali.
Hingga tak disadari, perilaku si pembuat keburukan, katakan si Ariel tadi, menjadi termaafkan dan menjadi idola.
Nah, di titik inilah titik bahayanya, para pengguna internet dapat merekam jejak persis perilaku idolanya, berbuat buruk yang sudah dianggap biasa.

5. Lantas, ya ternyata, tantangannya adalah pada perubahan atau pergeseran nilai.
Dari yang buruk menjadi biasa dan selanjutnya terus menjadi sesuatu yang lumrah untuk ditiru.
Hal ini pun sebetulnya sudah berjalan, bagaimana dulu orang tato-an itu dianggap buruk karena dipersepsi sebagai residivis, mantan napi. Sekarang?
Dulu, hamil duluan sebelum nikah itu sangat memalukan, sekarang?
Mungkin sebentar lagi: main video porno itu lumrah... Ah!

Dari sini, apa sumbangan sampeyan secara individu pada sisi peradaban manusia?

Coba tanyakan ke masing-masing hati kita, apa kontribusi sampeyan secara pribadi? Kontribusi buat anak-anak sampeyan dan generasi sekeliling sampeyan. Kalau itu tak terpikirkan, ah, kambingnya Gus John (juragan kambing susu dari Ciangsana, seputar Cileungsi, Jawa Barat) pun tak ambil pusing, siapa yang telah menghamilinya...

[caption id="attachment_257364" align="alignnone" width="300" caption="Siapa yang menghamiliku? Sumber gamber: baltyra.com"]

1370083274905318906
1370083274905318906
[/caption]


Fayao!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun