Mohon tunggu...
Ahmad Mukhlason
Ahmad Mukhlason Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Santri ndeso, sedang ngaji di Sekolah Ilmu Komputer Universitas Nottingham, Inggris, Britania Raya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mbak Khofifah yang Saya Kagumi …

3 Agustus 2013   20:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:39 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

…. atas nama kemanusian, jangan ada premanisme politik, seyogyanya kita menjunjung tinggi demokrasi secara bermartabat. -Khofifah I.P.

Pembawaanya sederhana, bersahaja dan bersahabat, jauh dari kesan glamour dan angkuh layak nya istri-istri pejabat dan pengusaha kaya di negeri ini. Penampilanya tak jauh berbeda dengan ibu-ibu Muslimat NU (Nahdlatul Ulama) di desa-desa  di pelosok pedalaman negeri ini. Tetapi kecerdasan dan keberanianya membuat semua sorot mata tertuju pada nya, bahkan ketika di antara anggota dewan wakil rakyat yang katanya terhormat itu. DialahKhofifah Indar Parawansa. Srikandi NU yang tak pernah lelah menegakkan amar makruf nahi munkar melalui ikhtiar jalur politik yang jujur dan santun. Dia yang tak pernah letih melawan kenyataan yang sudah terlanjur kronis kemudhoratanya, dan berusaha menciptakan kenyataan-kenyataan baru yang lebih baik. Dialah Mbak Khofifah, yang jalan pikiran dan sepak terjang nya sangat saya kagumi. Bahkan menjadi lentera inpirasi yang tak pernah kunjung padam. Awal kenal dengan Mbak Khofifah Saya kenal nama beliau sejak beliau ditunjuk sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada saat Gus Dur jadi presiden tahun 1999. Tetapi, saya baru mulai tertarik dengan figure beliau pada tahun 2000. Ceritanya, pada saat itu saya yang masih duduk di kelas 1 STM Telkom di pondok pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan Jombang. Kebetulan waktu itu sekolah kami sedang mengadakan kunjungan ke Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) – ITS sekaligus ziarah wali di Surabaya, Gresik, Lamongan, dan Tuban. Masih terekam kuat dalam memori ingatan saya, waktu itu kami diterima langsung oleh Pak Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), yang saat itu masih menjabat sebagai Direktur PENS ITS. Rupanya penampilan kami yang rapi dan pembawaan kami yang santun mampu mencuri hati Pak Nuh. Siswa STM sudah kadung dilabeli dengan stereotipe dunia cowok yang nakal dan “urakan”. Sementara kami, meskipun siswa STM separuh dari kami adalah siswa perempuan. Kami yang laki-laki berpakaian PDH (atas biru bawahan biru dongker) lengkap dengan papan nama di dada dan kopiah warna hitam, sementara kami yang perempuan dengan jilbab putihnya yang anggun.

Dalam sambutanya pak Nuh tak henti-hentinya memuji dan memotivasi kami.“Kalian tahu mbak Khofifah ? “ tanya Pak Nuh kepada kami di Aula PENS ITS saat itu. “iya tahu” jawab kami serempak.  ” … dari sorot tajam mata kalian, saya sangat yakin kalian adalah kader-kader NU yang akan menjadi pemimpin yang berkarakter di masa depan seperti mbak Khofifah ” lanjut beliau yang sontak diamini secara berjamaah oleh kami. Sejak sambutan Pak Nuh pada kunjungan kami di PENS-ITS tersebut, secara diam-diam saya terus mencari tahu tentang beliau dan perlahan mulai mengidolakan beliau, mengaguminya dari Jauh. Bolos kuliah, demi ikut kampanye nya Mbak Khofifah Kekaguman saya pada mbak Khofifah terus berlanjut ketika saya di bangku kuliah di ITS Surabaya. Beliau juga menjadi salah satu alasan buat saya ikut bergabung dengan sahabat sahabati di PMII. Sagking ngefansnya, pernah suatu hari saya bolos kuliah untuk datang sendirian di kampanye PKB di Surabaya. Waktu itu tahun 2004, tahun kedua saya kuliah di ITS. Kebetulan waktu itu mbak Khofifah adalah ketua pemenangan pemilu 2004, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saya sengaja bolos kuliah, pergi sendirian dengan berpindah dari angkot satu ke angkot lain serta jalan kaki untuk menuju lokasi kampanye yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Demi melihat dan bertemu langsung dengan sang Idola, saya rela berdesak-desakan dengan ratusan tukang becak dan becak-becaknya di depan panggung kampanye. Itulah, kali pertama saya menyaksikan secara langsung pidato kampanye mbak Khofifah yang sangat memukau. Walaupun mungkin para audiens yang kabanyakan tukang becak dan rakyat kecil surabaya itu tak mampu menangkap sepenuhnya isi dari pidato kampanye mbak Khofifah. Waktu itu, beliau ditemani teman lama beliau yang juga artis senior Dewi Yull. Dalam kampanye nya itu, beliau secara sangat berani mengkritisi sikap presiden Megawati yang terkesan kurang “tangkas” dan cenderung pendiam dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang krusial. ” Apakah panjenengan mau, punya presiden yang saat para TKI/TKW nya dilecehkan, cuman diam. Pulau dicaplok negara lain, diam. ……..” salah satu retorika pidato kampanye dengan gaya penyampaian beliau yang khas. Terus Mengagumi dari Jauh Waktu berganti dan jaman pun berubah. Nama beliau sedikit tenggelam di pentas politik nasional, apalagi setelah konflik internal PKB yang berkepanjangan. Namun, saya terus mengagumi sepak terjang beliau yang memilih berjuang melalui jalur kultural di bawah Muslimat NU. Hingga namanya muncul kembali ke permukaan pada saat beliau mencalonkan diri di detik-detik terakhir pemilihan gubernur Jawa Timur pada tahun 2008. Saya terus mengikuti dan mengagumi sepak terjang beliau, walaupun harus dari jauh. Waktu pemilu kada 2008, saya sedang menempuh kuliah master tahun kedua di Universiti Teknologi Petronas, Malaysia.  Saya salah satu orang yang paling kecewa saat itu, saat jalan beliau menuju JATIM-1 harus terhenti oleh permainan politik kotor dan tidak santun dari lawan politiknya pasangan Pakde Karwo dan Gus Ipul. Lima tahun sudah berlalu, setelah cukup lama tenggelam, kini nama mbak Khofifah kembali muncul di media. Dan lagi-lagi, saya hanya bisa mengikuti dan mengagumi beliau dari jauh, karena saat ini saya kebetulan juga sedang sekolah PhD tahun kedua di University of Nottingham, Inggris.  Saya adalah salah satu orang yang paling antusias dengan berita tentang beliau yang kembali mencalonkan kembali sebagai Gubernur Jawa Timur pada pilkada Jatim 2013. Walaupun langkahnya sempat dijegal sebelum bertanding dengan politik “borong partai” dan “politik kasino” dan sempat dicoret dari pencalonan oleh KPUD Jatim, tetapi perjuangan dan perlawananya yang santun melalui jalur hukum membuahkan hasil yang manis yang meloloskan beliau melenggang sebagai salah satu kandidat kuat pada pemilu kada Jawa Timur yang akan diselenggarakan akhir Agustus 2013 nanti.
optimisme kami adalah optimisme yang tidak pernah padam untuk amar makruf nahi munkar. Kemungkaran-kemungkaran seperti ini harus kita lawan secara maksimal dengan cara-cara yang elegant, cara-cara yang sopan, cara-cara yang santun, dan cara-cara yang mengikuti koridor hukum yang ada. Tapi bahwa amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh pernah berhenti. – Khofifah I.P.

Proses pencalonan mbak Khofifah yang berliku ini telah memberikan pelajaran politik dan demokrasi yang sangat berharga buat seluruh rakyat Indonesia. Bahwasanya, politik tidak selalu harus dilakukan dengan cara-cara kotor dan tidak terpuji. Tetapi politik yang jujur dan santun pun masih ada dan harus terus ditegakkan dan diperjuangkan. Mbak Khofifah dan emak saya. Selain jalan pikiran dan sepak terjangnya yang oh sungguh mengagumkan saya, Mbak Khofifah secara pribadi sungguh sangat khusus buat saya. Beliau memiliki banyak kesamaan dengan emak saya. Pertama, wajah dan senyuman khas nya. Sungguh wajah dan senyum nya mbak Khofifah mirip sekali dengan Ibu saya. Setiap melihat beliau di TV atau di youtube, selalau mengingatkan saya pada emak saya. Kedua, sama-sama aktivis Muslimat nya walaupun levelnya yang berbeda. Emak saya adalah aktivis Muslimat di Desa di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi. Sejak dahulu, beliau membesarkan Muslimat NU , yang bergerilya dari dusun ke dusun dengan sepeda ontelnya, untuk beramar makruf nahi mungkar. Menebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Lentera Inspirasi yang tak pernah Padam Buat saya pribadi, mbak Khofifah adalah inspirasi saya untuk Berani. Saat ini banyak orang yang cerdas dan pintar, tetapi sedikit sekali yang jujur dan santun. Dan di antara yang cerdas, pintar, jujur dan santun itu tak banyak yang berani. Bahkan banyak di antara mereka yang pada akhirnya harus tunduk pada kenyataan dan tenggelam di dalamnya. Mbak Khofifah buat saya adalah inspirasi untuk berani karena benar, dimana pun saya berada suatu saat nanti. Seperti nasehat Gus Dur pada pak Mahfud MD dan anak-anak ideologisnya:

Kalau mau melakukan perubahan jangan tunduk pada kenyataan, tetapi lawan itu kenyataan kalau anda yakin itu benar, dan kita harus membuat kenyataan baru.

Terima kasih mbak Khofifah sudah menjadi Inspirasi buat kami. Selamat berjuang Mbak Khofifah ! Semoga bisa membawa Jawa Timur menjadi lebih Berkah ! Akmi merindukan pemimpin yang cerdas, jujur, santun, dan berani seperti mu. Insya Allah jika Allah berkendak, enkau mampu mewujudkan Jawa Timur dan Indonesia yang lebih baik. Baldatun Toyibun Warabbun Ghoffur, Allahumma Ammiin. Picture taken from: http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads–1–2013–04–44724-khofifah-indar-parawansa1-aktivis-gpp-tolak-rencana-kedatangan-ke-stain.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun