[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Salah Satu Sudut Jalan Kampung Gay, Birmingham"][/caption]
… Perjalanan, berarti berbeda pada setiap orang. Buat saya, perjalanan adalah mengubah  kenggumunan menjadi hal biasa-biasa saja. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang Kota Birmingham, kota terbesar kedua di Inggris.
Birmingham: Kampus Bata Merah, Kampung Gay, dan Makanan Halal ala Indonesia Beberapa hari yang lalu, di luar rencana saya akhirnya untuk kesekian kalinya pergi ke Kota Birmingham. Hanya untuk menghadiri sebuah seminar gratis seharian yang sama sekali tidak berkaitan dengan penelitian PhD saya. Tapi, begitu merangsang intelektual saya untuk mengetahuinya: Computational Models of Social Interaction. Intinya bagaimana memahami pola interaksi manusia dalam dunia digital, seperti media jejaring sosial, e.g. Facebook, Twitter, Foursquare dengan menggunakan pendekatan model komputasi (baca: rumus matematika dan algoritma pemrograman ). Boleh dibilang ini adalah genre ilmu:  Science (quantitative approach, baca: Jurusan IPA) nya e-sociology. Ada juga Social Science (qualitative approach, baca: Jurusan IPS) e-sociology, yang biasa dipelajari para peneliti bidang ilmu komunikasi. Sangat menarik buat saya, karena sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-sehari, bukan? Tapi sebagaimana ilmu sosial dan humaniora lainnya, sangat kompleks untuk memahaminya. Tak heran, jika para profesor yang memberi seminar berasal dari berbagai universitas dengan latar belakang yang beragam: Matematika, Ilmu komputer, Psikologi, Ekonomi, Sosial dan Pemerintahan. Menarik lagi, dalam halnya penggunaan media jejaring sosial, Indonesia selalu muncul dalam hasil kajian mereka. Tetapi, kali ini saya tidak sedang ingin membahas bahasan lebih serius. Sebagaimana, tulisan saya lainnya di blog ini adalah hanya sebagian kecil sisi lain yang tidak penting dari kehidupan saya yang sebenarnya. Menulis hal tidak penting, untuk pelarian di akhir pekan dari kewajiban menulis jurnal dan tesis yang bikin kepala pening :D Universitas Birmingham Kampus ini terkenal dengan sebutan kampus bata merah (red brick). Karena bangunan utamanya, e.g. gedung rektorat, didominasi bangunan dengan tembok batu bata merah. Ada bangunan clock tower di tengah-tengahnya, yang katanya sih The tallest free-standing clock tower in the world. Bangunan lainnya adalah standard kampus-kampus di luar negeri. Di kampus utama ini, terdapat stasiun kereta api bernama University, yang terhubung dengan jaringan kereta api nasional dan hanya berjarak satu stasiun dari stasiun Kota Birmingham. Untuk menuju kampus ini, dari Kota Birmingham, bisa ditempuh dengan kereta api dengan tiket hanya 2.1 GBP one-way, atau 2.2 GBP return (PP). Hanya beda 10 pence, antara tiket satu jalan dan tiket PP. [caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Kampus Utama, Univ. Birmingham"]
Kota Birmingham Sekilas Kota Birmingham terlihat sangat ramai. Tapi tidak sesibuk Kota Surabaya apalagi Jakarta. Pukul 21.00, kota ini sudah sangat sepi. Hampir semua pusat-pusat perbelanjaan, tempat makan sudah tutup. Yah, tipikal kehidupan orang British, yang sangat menjaga keseimbangan antara work and life. Mereka bukanlah bangsa yang gila kerja seperti Cina, Singapura, Korea, dan Jepang yang demi uang mereka siap bekerja 24 jam. Hal itu tidak terjadi dengan orang British. Mereka akan sangat fokus dalam bekerja di jam kerja, dan sangat santai di luar jam kerja. Di akhir pekan pun mereka menikmatinya untuk dihabiskan bersama keluarga atau teman untuk sekedar jalan-jalan, mengerjakan hobi, dan kegiatan fun (leisure activities ) lainnya. Pun demikian, Inggris tetap di antara negara paling maju di dunia. Bahkan ketika krisis ekonomi melanda Eropa, Inggris salah satu negara yang masih kuat ekonominya.
Landmark Kota Birmingham adalah bangunan Bullring, sekilas pusat perbelanjaan ini mirip dengan gedung durian di Singapura. Arsitektur bangunan yang unik, membuat bangunan ini sangat menonjol dibanding dengan bangunan lainnya. Pusat perbelanjaan, museum, cathedral, taman kota adalah tourist main attraction standard kota-kota di Eropa. Jika di Nottingham ada patung Robin Hood, di kota ini ada patung kebo giras (baca: kerbau), sebagai ikon kota. Yang unik dari kota ini adalah public library yang katanya diklaim sebagai perpustakaan umum terbesar di Eropa. Kampung Gay Yang unik lagi dari Kota Birmingham adalah adanya ‘kampung’ gay. Ada salah satu kompleks dalam Kota Birmingham yang merupakan tempat komunitas manusia yang biasa dikenal LGBTQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer). Meskipun perkawinan sejenis masih menjadi kontroversi, tetapi di dunia Barat, LGBTQ tidak lagi dianggap ketidaknormalan, apalagi dianggap penyakit kejiwaan. Di dunia Barat, LGBTQ dianggap sesuatu yang alamiah meskipun mereka adalah anti-mainstream. Keputusan menjadi LGBTQ adalah kebebasan yang harus dihormati dan dihargai di dunia Barat. Tak heran jika hampir di semua universitas di Inggris terdapat student union (baca: unit kegiatan mahasiswa) yang menampung para LGBTQ ini. Sesuatu yang masih sangat tabu pastinya di dunia Timur. Di kampung Gay ini terdapat banyak sekali tempat hiburan dan tempat sosialisasi khusus kaum LGBT ini. Mungkin di tempat inilah mereka akan menemukan teman, dan akhirnya menemukan pasangan hidup mereka. Jargon yang ditempel di tempat-tempat hiburan itu adalah : Meet, Greet, and Married ! Sampean berniat mencari pasangan disini? hue heue…..Na’udzubillah Min Dzalik. Masjid di Birmingham Dari kampung gay, kita mencari masjid. Sebenarnya, sebagai traveler muslim, untuk sholat kita sebenarnya bisa sholat di mana saja. Tidak harus di masjid. Saya biasa sholat di pesawat, di bus, di stasiun, bahkan di antara rerumputan di sekitar castle. Tapi jika bisa menemukan masjid, alangkah menenangkanya. Di Birmingham, yang populasinya cukup banyak, terdapat beberapa masjid besar. Salah satu yang terbesar adalah Masjid Jami dan Islamic Centre Birmingham. Sebelumnya, masjid ini bernama Masjid Saddam Husein. Karena memang dibangun sebagai hadiah dari Saddam Husein. Dan mungkin karena alasan politik, masjid itu pun berganti nama. Tentang masjid ini, silahkan merujuk ke sini. Makanan Halal Nah, satu lagi sebagai traveler muslim, hal yang biasanya sulit dicari adalah makanan halal. Tapi jangan khawatir, seperti di kota-kota lain di Inggris, di Birmingham, makanan halal cukup mudah untuk dicari. Kebab, Fish and Chips, Chicken and Chips, adalah makanan halal standard yang cukup mudah ditemukan di kota-kota di Eropa. Bagaimana dengan nasi dan masakan Indonesia?
Untuk di Kota Birmingham ini, rekomendasi saya adalah Buffe Hut. Terletak di tengah-tengah kota, dekat dengan coach station dan train station, restoran ini memenuhi semua kriteria saya. Halal, Enak, Ada Nasi, Masakan Indonesia, Murah dan Banyak. Saya kasih bintang 5 deh. Memasuki restoran ini, sampean cukup membayar 5 GBP dan 50 pence untuk minum. Selanjutnya sampean akan diberi piring mungil, garpu, pisau dan selembar tisu. Selanjutnya, sampean bisa menyantap semua makanan yang ada di situ, bisa nambah sepuasnya. Tempat makannya pun cukup cozy dan nyaman.
Melihat deretan menu yang disajikan, saya merasa seperti menghadiri kondangan mantenan. Sebab menu-menu yang ada khas makanan kondangan tersebut. Ada nasi goreng merah, nasi goreng putih, mie goreng jawa, kari ayam, gulai kambing, capcay, olahan ayam, olahan daging, olahan ikan, dsb. Ada juga makanan fast food di sini pizza, kentang goreng, dan ayam goreng. Menariknya, dilengkapi juga dengan salad sayur-sayuran, dan buah-buahan segar. Semuanya bisa diambil sepuasnya. Sayangnya, piringnya terlalu mungil dan tidak dikasih sendok. Membuat saya agak kesulitan makan nasi goreng pakek garpu dan pisau harus top up berkali-kali. Cita rasanya khas Indonesia. Tidak seperti makanan Eropa pada umumnya yang plain, di sini masakannya berasa sekali bumbu-bumbunya, so spicy. Saya sampai nambah bolak-balik lima kali, sebelum akhirnya perut saya tak muat lagi. Sebelum makanan yang sebelumnya terasa enak sekali, menjadi tidak enak karena sudah kenyang. Yah, begitulah sifat kenikmatan dunia, yang sangat terbatas. Sebatas perut lapar sampai dengan perut kenyang. Rasanya, tidak ada kenikmatan dunia yang nikmatnya tiada batas. Yang pasti untuk kali ini, saya harus berterima kasih kepada teman perjalanan saya yang dengan sangat baik hati menjemput, meminjamkan tempat tidur, bantal dan selimutnya, menjadi guide setia, mentraktir transport dalam kota dan makan saya, hingga menghantarkan saya ke coach station kembali ke tempat tujuan. Rasanya, memiliki teman baik itu seperti memiliki barang sangat berharga dalam hidup ini. Saya sering kali suka terharu dengan kebaikan yang begitu tulus orang-orang di sekitar saya, dan saya belum sempat membalas kebaikan tersebut.  Matur nuwun, Kawan! Gusti Allah sing mbales.
Sayang setiap perjalanan harus diakhiri, dibatasi oleh ruang dan waktu takdir Tuhan. Semoga jika ada di antara sampean yang menyimpan mimpi menyusuri kota ini, mimpi tersebut segara menjadi kenyataan. Dan cukup demikian kawan, cerita perjalanan dalam sela tidak penting saya kali ini. Perjalanan buat saya adalah tentang membuat perubahan. Mengubah pola dan cara berpikir untuk dapat melihat dunia secara berbeda. Mengubah ketidaktahuan menjadi pencerahan. Dan, merubah kenggumunan (baca: merasa takjub terhadap sesuatu) menja hal biasa-biasa saja. Selamat jalan-jalan ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H