Mohon tunggu...
Lyfe

Aktivis Pragmatis atau Mahasiswa Apatis?

2 Desember 2016   01:48 Diperbarui: 2 Desember 2016   02:09 3702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak salah apabila teman-teman mahasiswa menjadi seorang organisatoris. Justru dianjurkan masuk kedalamnya agar potensi dan bakat yang dimiliki setiap orang dapat dioptimalkan. Namun, kita lihat lagi selanjutnya. Apa niat kita sebagai aktivis ini sudah benar? Sudah lurus lempeng? Apakah nafsu pribadi melatarbelakangi kita untuk kesana? Apakah sudah benar perjuangan kita disana? Sekali lagi, bersihkan niat. Segala hal yang bersifat keuntungan materi yang biasanya diperoleh bukan menjadi patokan utama, itu hanya sebagai BONUS. Maka, ketika bonus itu tak berhasil dicapai, maka kita tidak akan goyah dalam berjuang dan melanjutkan tonggak kepemimpinan di dalamnya.

MAHASISWA APATIS

KUPU-KUPU (Kuliah-pulang-kuliah-pulang). Kurang lebih seperti itu sindiran yang dapat dilontarkan oleh mahasiswa yang katanya aktivis di kampus maupun luar kampus. Sindiran tersebut juga biasa dipakai sebagai dalil mereka untuk menarik teman-teman yang dianggapnya tidak peka sosial agar mau ikut andil dalam pergerakannya.  Sekali lagi, kasus mengatasnamakan suatu hal diangkat untuk membius pikiran para mahasiswa yang memihak pada pribadinya sendiri.

Saya tidak mengatakan ini salah atau tidak. Terkadang mereka yang disebut apatis ini kan juga ingin berfokus pada kegiatan akademiknya. Tidak ingin diganggu oleh urusan lain di luar hal tersebut. Bisa jadi mereka tsudah tidak kuat untuk memikirkan hal lain, atau bisa saja mereka inginkan hiburan yang sifatnya menyenangkan di luar waktu efektifnya berkuliah. Hingga mereka yang ingin fokus berkuliah karena memang citaa-citanya sebagai dosen, maka nilai harus tinggi dan menguasai seluruh mata kulia yang ada.

Ada alasan lain yang menjadikan mereka menjadi mahasiswa “pasca kepompong” tersebut. Satu hal yang paling menarik adalah alasan mereka untuk tidak megikuti organisasi pergerakan apapun, ataupun hingga organisasi internal karena tidak ingin mendapatkan musuh. Mereka tidak ingin berkutat di dalamnya karena ingin hidup damai dengan banyak teman masih di sekelilingnya. Maka ini yang harus dijadikan evaluasi bagi kedua golongan tersebut. Hilangkan fanatisme dalam organisasi ekstra kampus dan juga lepaskan belenggu dari apatisme yang menaungi setiap diri mereka. Bahwa stigma semacam itu tidak benar adanya jika dijadikan dasar mereka untuk memihak pada ketidakberpihakan. Semua hal harus dikembalikan pada konsep besarnya. Mengapa hal itu ada atau sebaliknya. Bukan melihat dari oknum-oknum di dalamnya.

Akibat yang timbul akibat apatisme mahasiswa semacam ini adalah dunia kemahasiswaan menjadi kurang dinamis dan setiap orang tetap menjadi budak-budak sistem yang mengkotak-kotakkan kita sebagai idealis merdeka. Semua memikirkan diri sendiri. Kesenangan pribadi. Dan yah.... akhirnya juga mereka gabut dan hanya akan menghabiskan semua hartanya untuk kepentingan pribadinya. Tidak ada niatan sama sekali untuk berkontribusi kepada sesama. Maka mereka tidak akan peka terhadap kondisi sosial masyarkaat sekitarnya.

Akhir pembahasan, saya tetap menepatkan kedua tipe mahasiswa ini sebagai golongan yang perlu disadarkan. Menjadi aktivis karena hanya memikirkan keuntungan di dalamnya adala kesalahan besar. Mahasiswa dalam gologan ini harus tetap menjunjung tinggi idealismenya hingga tua nanti, Agar ketika sudah saatnya memimpin bangsa ini mereka tidak menjadi pelacur ideologi yang merugikan banyak pihak. Bahwa ideologi bukan untuk diperdagangkan!

Begitu juga dengan mahasiswa yang hanya bisa memikirkan dirinya sendiri. Ingatlah, seorang yang hebat bukan lahir dari posisi ternyaman mereka saat ini. namun keluar dari hal-hal tersebut. Tidak ingin menjadi hebat? Lalu apa guna kau bersekolah hingga level tertinggi? masyarakat membutuhkan pelukan hangat kalian. Terutama mereka yang tidak seberuntung kalian bisa berpendidikan hingga jenjang yang kalian peroleh saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

menghidupkan aksi karya alikta hasna, penerbit pustaka saga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun