Mohon tunggu...
Kamaluddin
Kamaluddin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Pasca Sarjana Ekonomi Trisakti dan Sekertaris Wilayah Forum Santri Nasional Sulawesi Tenggara

Memanusiakan Manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reuni 212 Sebagian dari Jihad?

2 Desember 2019   13:37 Diperbarui: 2 Desember 2019   13:54 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandangan Udara Lautan Massa Reuni 212. 2018 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Reuni 212 berawal ketika pilkada DKI Jakarta pertarungan antara Anis Baswedan dan Ahok, lebih khusunya ketika kasus penistaan surat Al Maidah ayat 51 yang dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta saat itu yang sekaligus calon Gubernur DKI Jakarta Ahok, yang sampai hari ini pun masih banyak perdebatan apakah kasus tersebut benar-benar merupakan sebauh penistaan terhadap agama islam atau bukan, masih banyak para pemuka agama yang memiliki pandangan yang berbeda terkait hal itu. 

Berangkat dari kasus Ahok itulah para umat islam yang katanya membela islam berkumpul di jakarta melakukan demonstrasi berjilid-jilid untuk menuntut agar Ahok dipenjara karena bagi mereka Ahok telah melakukan sebuah penistaan dengan mengutip surat Al Maidah Ayat 51. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang katanya mengatasnamakan membela islam  tidak hanya berhenti pada kasus Ahok saja, namun demonstrasi mereka terus berlanjut hingga saat ini, bahkan setiap tahunnya selalu dijadikan ajang reuni, sehingga dikenal dengan sebutan Reuni 212.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah Reuni 212 yang yang diadakan setiap tahun itu apakah benar merupakan dari jihad Agama atau untuk membela islam, seperti yang mereka sering sebut, bahkan sampai ditulis diselembaran yang disebarkan dimasyarakat baik itu melalui media sosial atau ditempel-tempel ditempat umum. 

Akan tetapi jika melihat  dari beberapa momentum reuni atau aksi 212, reuni tersebut bisa dikatakan hanya sebetas kamufalase politik yang berbungkus atau mengatasnamakan agama, sebab tuntutan mereka sangat jelas berbau politik bahkan para petinggi alumni 212 bermain dalam politik,  baik itu ketika Pilkada DKI Jakarta untuk memenangkan salah satu colon yakni Anis Baswedan sampai pada momentum Pilpres, hingga mengeluarkan rekomendasi untuk salah satu calon presiden pada saat itu.

Reuni 212 yang  selalu mengatasnamakan atau membawa-bawa islam itu hanya dijadikan oleh pihak-pihak tertentu untuk memuluskan kepentingan kelompok mereka saja,  sebut saja ketika momentum Pilkada DKI dan Pilpres. Bukan hanya itu aksi yang mereka lakukan juga terus menyebarkan atau mengandung  fitnah-fitnah kepada pemerintah bahwa pemerintah anti dengan islam, benci kepada ulama dan lain sebagainya. 

Namun apa yang mereka katakan dihadapan jamaah aksi 212 tidak ada satupun yang terbukti, bahkan yang lebih parahnya adalah ketika mereka mengatakan orang-orang yang tidak mendukung atau mengikuti dan atau mengkritik aksi tersebut merupakan orang-orang yang anti atau benci dengan islam.  

Bukan hanya sampai di situ,  aksi reuni 212 juga diisi dengan sambutan-sambutan yang mengandung fitnah-fitnah dan kata-kata yang kasar yang dilontarkan untuk pemerintah dan orang-orang yang tidak sepemahaman dengan mereka, bahkan ada beberapa sekolampok demonstran yang meneriakkan ganti sistem pemerintah dengan sistem khilafah, dan mereka mengibarkan bendera HTI yang mereka klaim adalah bendera Tauhid. Fitnah-fitnah dan kata-kata kasar dalam aksi 212 dapat dilihat dari beberapa video yang tersebar dimedia sosial.

Jika melihat konten dari aksi 212 sangatlah bertolak belakang dari ajaran islam, sebab islam adalah agama yang "rahmatallilalamin", yang selalu mengajarkan etika dan berlaku ramah tamah kepada umat manusia. Jika menyampaikan pendapat selalu menggunakan cara-cara yang sopan dan santun, menggunakan kata-kata lemah lembut bukan menggunakan kata-kata kasar apalagi  fitnah. Akan tetapi yang dilakukan dalam aksi tersebut sangat jauh dari nilai-nilai ajaran islam yang "rahmatalilalamin", padahal mereka selalu mengatakan dan meneriakan "membela islam".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun