Mohon tunggu...
Kamaluddin
Kamaluddin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Pasca Sarjana Ekonomi Trisakti dan Sekertaris Wilayah Forum Santri Nasional Sulawesi Tenggara

Memanusiakan Manusia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Bhaskar, Filsafat Jalan Tengah

29 November 2019   13:58 Diperbarui: 29 November 2019   14:06 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat merupakan bapak dari ilmu pengatahuan untuk mencapai sebuah kebijaksanaan, sehingga sebagai bapak dari ilmu pengetahuan filsafat itu sendiri telah melahirkan para filosofis hebat yang telah berfilsafat yang dimulai dari sejak filsafat kuno hingga sampai pada filsafat modern.

Perkembangan cara pandang untuk mencapai kebijaksanaan atau filsafat telah memiliki cara berbeda-beda yang dipengerahui oleh zaman dari para filsuf yang melahirkan cara itu. Perkembangan zaman filsafat itu sendiri dibagi mencadi dua yakni filsafat klasik dan filsafat modern.

Filsuf atau filsafat klasik yang memiliki cara pandang yang berbeda untuk mencapai sebuah kebijaksanaan yakni dengan cara melakukan pencarian terhadap yang benar dan jalan hidup yang layak untuk dijalani. Berbeda dengan filsafat klasik, filsafat modern memiliki cara pandang bahwa untuk mencapai sebuah kebijaksanaan seseorang harus berfikir dengan argumen-argumentasi  untuk mendapatkan sebuah ke simpulan yang diinginka.

Cara pandang pada filsafat klasik dan modern untuk mencapai kebijaksanaan dirasa sudah tidak sesuia dengan realita yang ada sehingga melahirkan kritikan atau cara pandang baru untuk mencapai sebauh kebijaksanaan. Roy Bhaskar merupakan filsuf yang mengkritik terhadapat cara para filsuf klasik dan modern dalam mencari sebuah kebijaksanaan, sebab Bhaskar memandang bahwa pencarian terhadapat yang benar dan jalan hidup yang layak harus diberangi dengan argumentasi sehingga melahirkan sebuah kesimpulan yang benar pula.

Roy Bhaskar datang sebagai warna baru dalam di dunia perfilsafatan, sebab Bhaskar hadir sebagai jalan tengah antara filsafat klasik dan modern, Bhaskar menggabungkan cara filsafat modern dan klasik dalam mencari sebuah kebijaksanaan. Bhaskar hadir dalam dunia filsafat bukan hanya menggabungkan filsafat klasik dan modern, tapi Bhaskar juga mengkritik filsafat barat yang selama ini dipakai sebagai rujukan oleh para filsuf atau guru besar dan cendikiawan dalam mengajar di universitas diseluruh dunia.

Bhaskar memandang bahwa filsafat barat merupakan sampah filsafat, karena telah merusak cara berfikir orang-orang dalam mencari kebijaksanaan dan kebenaran. Sebab dalam fislafat barat para filsuf hanya menggunakan Epistimologi dan mereduksi ontologi dalam mencari kebijaksanaan dan kebenaran.

Dan cara yang digunakan para filsuf barat itulah yang diajarkan didalam dunia kampus diseluruh dunia. Jika para filsuf barat hanya menggunakan epistemologi atau pengetahuan dan mereduksi ontology dalam melihat sesuatu atau mencari kebenaran tentang sesautu itu merupakan sesuatu kegagalan dalam berfilsaat. Sebab pengetahuan seseorang itu tidak ada yang absolut atau benar. Jika pengetahuan seseorang tidak ada yang absolut maka seharusnya para filsuf itu menggunkan ontology untuk mencari sebuah kebenaran.

Roy Bhaskar tidak hanya mengkritik cara filsafat barat dalam mencari kebenaran tetapi juga Bhaskar mengkritik ketidak singkronan cara berfikir filsuf barat dengan realita kehidupnya. Ketidaksingkronan antara pemikiran dan realita para tersebut diakibatkan karena para filsuf tersebut hanya menggunakan epistomologi dan mereduksi ontology. 

Salah satu contoh pemikiran barat yang tidak singkron dengan realita adalah pemikiran Friedrich Nietzche yang mengatakan bahwa '' Kebenaran adalah Ilusi", Nietzche melakukan inkonsisten dengan apa yang dia ketakan sebab dia mengatakan kebenaran adalah ilusi tapi dia masih berada pada posisi tempat dia mengatakan kebenaran adalah ilusi.

Bhaskar hadir untuk meluruskan cara berfikir yang digunakan para filsuf modern dan membuang sampah-sampah pemikiran filsafat modern yang dapat menyesatkan dalam mencari pengetahuan, ilmu serta Bhaskar menggabungkan kembali antara filsafat dan agama, filsafat dan ilmu yang telah dipisahkan oleh para filsuf modern.

Critical Realism yang dikembangkan Bhaskar muncul sebagai suatu filsafat ilmu sehingga membuatnya harus memiliki pilar sebagai salah satu syarat dia katakana sebagai sebuah filsafat ilmu, dalam filsafat critical realism yang dikembangkan oleh Bhaskar terdapat tiga (3) pilar yakni Ontologis, Epistemologi dan Rasionalitas Judgemental.

Critical Realism muncul dipermukaan pada tahun 1980 di Inggirs yang mengacu kepada dua konsep yakni transcendental realism dan critical naturalism. Transcendental realism merupakan sebuah konsep yang dikembangkan oleh Bhaskar dengan membalikkan transcendental yang dikembangkan oleh Immanuel Kant. Transcendental yang dikembangkan oleh Kant adalah transcendental idealis sementara Bhaskar membalikkannya dengan mengembangkan transcendental realisme.

Transendental ala Bhaskar ini ingin menghapus sampah-sampah mengenai ilmu pengetahuan yang lebih mengendepankan idealis dari pada realis, salah satu contoh pertanyaan yang dilontarkan oleh Kant "Apakah hal-hal yang mesti ada yang membuat ilmu dan sains itu mungkin?" tapi Bhaskar memutar baliknya "kekuatan atau apa yang menyebabkan ilmu dan sains itu ada".

Critical Naturalism yang digunakan oleh Bhaskar adalah sebuah jawaban atas para filsuf yang menggunakan naturalism reduktif dan para filsuf yang anti naturalisme dalam melihat ilmu sosial. Bhaskar memandang bahwa dalam melihat ilmu sosial bisa menggunakan kekuatan alam yang mempengarhui kehidupan sosial tersebut.

Filsafat Bhaskar sebagai sebuah filsafat meiliki ciri khas yang pertama, Bhaskar memandang bahwa filsafat adalah "Pelayan" yang memiliki arti sebagai cara untuk mengahapus sampah-sampah filsafat yang menghalangi menuju jalan dalam mencari sebuah kebenaran. Kedua, Bhaskar memandang bahwa filsafat itu harus memiliki ke "Seriusan" maksudnya adalah antara teori dan praktek harus sejalan,  sebab Bhaskar menilai bahwa para filsuf barat tidak serius artinya adalah antara teori dan praktek tidak selaras.

Ketiga, kritik imane, Bhaskar memandang perlu adanya sebuah imajinasi dari apa yang dikritiknya, bukan memaksakan imajinasinya sendiri dengan kata lain bahwa seseorang tidak bias memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Keempat, menjeleskan pengendaian dengan sesautu yang real artinya adalah seseorang harus mencari tau sebab-sebab apa yang membuat sesatu itu bias terjadi.

Kelima, Tranformasi atau reflektifitas artinya adalah jika terdapat sebuah praktek yang tidak selaras dengan teori maka harus mencari teori lain yang memadai, dan jika praktek yang salah maka harus memperbaikinya dan memberikan pemahaman. Keenam, hermati, Bhaskar mengatakan bahwa perkataan seseorang belum tentu benar dan jangan di ikuti walapun dia adalah seorang ilmuan, tetapi harus ada sebuah bukti yang real agar perkataan itu bias diikuti.

Sebagai sebuah filsafat baru tidak elok jika tidak mengetahui fase-fase berkembangkanya Filsafat Bhaskar. Dalam perkembangannya filsafat Bhaskar dibagi menjadi beberapa Fase yakni; Fase Realisme kritik dasar (Basic Critical Realism, Fase Realisme Kritik Dialektika (Dialectical Critikal Realism), dan Fase Filsafat Materealitas (Philosophy of Material). Fase-Fase tersebut menggambarkan tentang bagaimana Bhaskar mengkritik para filsuf barat.

Dialectical Critikal Realism

Dalam fase ini Bhaskar memberikan sebuah argumentasi yang ditulis dalam buku pertamanya yang berjudul "A Realist Theory of Science" dia mengatakan bahwa apa itu sebetulnya ilmu dan sains melalui analisis terhadap aktivitas-aktivitas eksperimen yang dipraktikkan oleh para ilmuwan.
Dalam fase ini Bhaskar hadir sebagai jalan tengah diantara diantara ketiga filsafat yang memiliki pemandagan yang berbeda tentang apa itu ilmu yakni kaum positivism, hermeneutic dan kontruksionisem sosial.

Jika kaum positivisme memandang bahwa ilmu harus bisa diklasifikikasi atau menolak penalaran induktiv serta ilmu harus bisa digenerelasasikan, berbeda dengan kaum hermeneutic dan sosial, kaum hermeneutic dan sosial sangat kontra dengan kaum positivisme atau bisa dikatakan mereka anti-nuturalisme dan lebih ekstrim lagi kaum sosial mengatakan bahwa "Kebenaran adalah sebauh ilusi". Sedangkan Critikal Reaslism hadir dengan menggunakan konsep critical naturalism untuk melawan pemikiran kaum positivism, hermeneutic dan kontruksinisem sosial.

Dialectical Critikal Realism

Dalam fase kedua ini Bhaskar menulis sebuah buku yang menandai fase kedua Bhaskar telah tiba, buku itu berjudul "Scientific Realism and Human Emancipation". Dalam buku keduanya Bhaskar memandang bahwa dalam melalukan sebuah perubahan harus menggunakan tiga konsep dasar yakni Absen, Kemungkinan, Kasualitas dan Kebenaran, konsep yang digunakan oleh Bhaskar tidak digunakan oleh para filsuf barat bahkan Bhaskar menganggap mereka anti konsep yang digunakan Bhaskar.

Bhaskar memandang bahwa dalam melakukan perubahan sangatlah penting sebuah konsep "absenting (peniadaan)" sesautu disana, atau meniadakan ketidakadaan dan atau meniadakan hambatan untuk meniadakan yang tidak ada.

Bhaskar juga memandang bahwa dalam melakukan perubahan harus menggunkan "Kemungkinan" sebab akan selalu ada sebuah kemungkinan dari sesatu yang tidak mungkin, jika sesaorang ingin melakukan perubahan terhadap sesautu, harus bisa menggunakan imajinasinya dalam mengandai-andai sebuah kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena sebuah memiliki potensial.

Bukan hanya kemungkinan yang digunakan didalam filsafat Bhaskar  tetapi juga "Kausalita", karena dalam perubahan selalu ada kausal-kausal yang mendukung terjadinya sebuah perubahan, entah dari mana asal kausal tersebut yang pada intinya kausal tersebut berpengaruh terhadap sebuah perubahan.

Yang terakhir dalam melakukan perubahan menggunakan konsep kebenaran, yang dimaksud dengan "kebenaran" oleh Bhaskar adalah menggunakan Ontologi dan Epistemologi, namun Bhaskar lebih menenkankan kepada kebenaran Ontologi karena dalam kebenaran Epistemologi terdapat sesuatu kemungkinan ketidakbenaran.

Philosophy of Material

Fase Philosophy of Material merupakan fase terakhir dalam perkembangan filsafat Bhaskar yang ditandai dengan terbitnya 4 (empat) buku yang mencerminkan sebuah pergeseran spiritual didalam pemikiran Bhaskar. Dalam fase ini Bhaskar membahas persoalan spiritual untuk menghidupkan lagi ghirah atau kemauan dalam mencari sebuah kebenaran melalui ontology.

Bhaskar memandang bahwa didunia ini selalu ada kekuatan kausal yang keterkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membuat diri manusia tidak sadar akan kekuatan kausal tersebut yang dapat membuat mereka bersatu. Sehingga Bhaskar memandang bahwa manusia harus mencari sebuah kesamaan diantara perbedaan dan mengutamakan kesatuan diantara perbedaan atau yang disebut dengan Bhineka Tunggal Ika, serta yang paling penting adalah manusia harus bisa selesai pada tataran dirinya atau mengenali jati dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun