Mohon tunggu...
Kamaluddin
Kamaluddin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Pasca Sarjana Ekonomi Trisakti dan Sekertaris Wilayah Forum Santri Nasional Sulawesi Tenggara

Memanusiakan Manusia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Bhaskar, Filsafat Jalan Tengah

29 November 2019   13:58 Diperbarui: 29 November 2019   14:06 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Critical Realism muncul dipermukaan pada tahun 1980 di Inggirs yang mengacu kepada dua konsep yakni transcendental realism dan critical naturalism. Transcendental realism merupakan sebuah konsep yang dikembangkan oleh Bhaskar dengan membalikkan transcendental yang dikembangkan oleh Immanuel Kant. Transcendental yang dikembangkan oleh Kant adalah transcendental idealis sementara Bhaskar membalikkannya dengan mengembangkan transcendental realisme.

Transendental ala Bhaskar ini ingin menghapus sampah-sampah mengenai ilmu pengetahuan yang lebih mengendepankan idealis dari pada realis, salah satu contoh pertanyaan yang dilontarkan oleh Kant "Apakah hal-hal yang mesti ada yang membuat ilmu dan sains itu mungkin?" tapi Bhaskar memutar baliknya "kekuatan atau apa yang menyebabkan ilmu dan sains itu ada".

Critical Naturalism yang digunakan oleh Bhaskar adalah sebuah jawaban atas para filsuf yang menggunakan naturalism reduktif dan para filsuf yang anti naturalisme dalam melihat ilmu sosial. Bhaskar memandang bahwa dalam melihat ilmu sosial bisa menggunakan kekuatan alam yang mempengarhui kehidupan sosial tersebut.

Filsafat Bhaskar sebagai sebuah filsafat meiliki ciri khas yang pertama, Bhaskar memandang bahwa filsafat adalah "Pelayan" yang memiliki arti sebagai cara untuk mengahapus sampah-sampah filsafat yang menghalangi menuju jalan dalam mencari sebuah kebenaran. Kedua, Bhaskar memandang bahwa filsafat itu harus memiliki ke "Seriusan" maksudnya adalah antara teori dan praktek harus sejalan,  sebab Bhaskar menilai bahwa para filsuf barat tidak serius artinya adalah antara teori dan praktek tidak selaras.

Ketiga, kritik imane, Bhaskar memandang perlu adanya sebuah imajinasi dari apa yang dikritiknya, bukan memaksakan imajinasinya sendiri dengan kata lain bahwa seseorang tidak bias memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Keempat, menjeleskan pengendaian dengan sesautu yang real artinya adalah seseorang harus mencari tau sebab-sebab apa yang membuat sesatu itu bias terjadi.

Kelima, Tranformasi atau reflektifitas artinya adalah jika terdapat sebuah praktek yang tidak selaras dengan teori maka harus mencari teori lain yang memadai, dan jika praktek yang salah maka harus memperbaikinya dan memberikan pemahaman. Keenam, hermati, Bhaskar mengatakan bahwa perkataan seseorang belum tentu benar dan jangan di ikuti walapun dia adalah seorang ilmuan, tetapi harus ada sebuah bukti yang real agar perkataan itu bias diikuti.

Sebagai sebuah filsafat baru tidak elok jika tidak mengetahui fase-fase berkembangkanya Filsafat Bhaskar. Dalam perkembangannya filsafat Bhaskar dibagi menjadi beberapa Fase yakni; Fase Realisme kritik dasar (Basic Critical Realism, Fase Realisme Kritik Dialektika (Dialectical Critikal Realism), dan Fase Filsafat Materealitas (Philosophy of Material). Fase-Fase tersebut menggambarkan tentang bagaimana Bhaskar mengkritik para filsuf barat.

Dialectical Critikal Realism

Dalam fase ini Bhaskar memberikan sebuah argumentasi yang ditulis dalam buku pertamanya yang berjudul "A Realist Theory of Science" dia mengatakan bahwa apa itu sebetulnya ilmu dan sains melalui analisis terhadap aktivitas-aktivitas eksperimen yang dipraktikkan oleh para ilmuwan.
Dalam fase ini Bhaskar hadir sebagai jalan tengah diantara diantara ketiga filsafat yang memiliki pemandagan yang berbeda tentang apa itu ilmu yakni kaum positivism, hermeneutic dan kontruksionisem sosial.

Jika kaum positivisme memandang bahwa ilmu harus bisa diklasifikikasi atau menolak penalaran induktiv serta ilmu harus bisa digenerelasasikan, berbeda dengan kaum hermeneutic dan sosial, kaum hermeneutic dan sosial sangat kontra dengan kaum positivisme atau bisa dikatakan mereka anti-nuturalisme dan lebih ekstrim lagi kaum sosial mengatakan bahwa "Kebenaran adalah sebauh ilusi". Sedangkan Critikal Reaslism hadir dengan menggunakan konsep critical naturalism untuk melawan pemikiran kaum positivism, hermeneutic dan kontruksinisem sosial.

Dialectical Critikal Realism

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun