Mohon tunggu...
Iswanto
Iswanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mangga dan Codot

27 April 2016   11:03 Diperbarui: 27 April 2016   11:17 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source gambar : http://www.imgrum.net/

Hari itu tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja aku ingin membeli koran edisi sabtu. Ditengah kepenatan bekerja, ingin rasanya mencari peluang baru yang lebih menjanjikan, maklum saja, koran edisi sabtu populer bagi orang-orang yang sudah bosan dengan pekerjaannya seperti aku.

Dari sekian banyak iklan lowongan yang ditawarkan, belum ada satupun yang menarik minatku, hingga aku putuskan untuk membaca salah satu berita yang disajikan oleh koran itu. Judul yang cukup provokatif, "Gara-gara pakaian seksi, gadis manis digilir tiga pemuda".

Setelah membaca berita itu, tiba-tiba aku teringat dengan mangga Manalagi milikku. Mangga itu memang masih berusia muda, tapi kalau sudah berbuah, dijamin rasanya bakalan lebih manis dari gula. Apalagi bila masaknya di atas pohon, melihat buahnya yang kian hari kian montok dan menguning adalah sebuah kenikmatan dan kepuasan batin tersendiri.

Aku yakin betul, posisi pohon mangga dipinggir jalan dengan buah yang semontok itu kerap kali menggoda para pengguna jalan dan tetanggaku. Tapi aku juga yakin, meskipun berhasrat besar untuk ikut menikmati buah manggaku, paling-paling mereka hanya berani berharap manggaku jatuh saat lewat, rasanya mereka harus berpikir seribu kali untuk memanjat pohon dan mengambil buahnya. Keyakinan itu membuatku merasa aman membiarkan manggaku sebagai penghias jalan di depan rumah meski kerap menggoda banyak orang. 

Sayangnya, aku lupa bahwa penggemar manggaku ternyata bukan hanya tetangga yang takut diteriaki maling gara-gara mencuri mangga hingga mereka merasa cukup untuk menikmati manggaku hanya dengan melihatnya dari jauh saja. Aku lupa ada codot yang tak pernah risau dengan urusan perikemanusian yang menjunjung tinggi rasa malu karena mencuri mangga orang.

Codot adalah salah satu binatang dengan skill terbaik memilih buah yang masak dan manis. Dengan kelebihan skill itu pula, ia menghabiskan buah mangga yang aku gadang-gadang sejak masih menjadi bunga. Setelah manggaku habis dimakan codot, baru aku menyadari, seharusnya buah mangga itu aku brongsong (bungkus) sejak buahnya masih muda agar terlindung dari terpaan angin dan incaran codot-codot jahanam itu.

Jangan-jangan gadis manis yang diberitakan koran itu bernasib sama dengan mangga Manalagi-ku, gara-gara lupa dibrongsong akhirnya habis dimakan codot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun