Suatu hari penulis mampir di sebuah supermarket atau swalayan di kota Grogot. Menyegarkan mata memandang keramaian yang ada. Berkeliling melihat etalase barang, mata terbetot ke kemasan menarik kripik singkong. Warna kemasan mirip dengan Qtela, namun merk belum dikenal sebelumnya, kayaknya di teve juga belum pernah muncul iklan. Karena tertarik ingin mencoba rasanya, penulis putuskan beli 1 bungkus kemasan 180 gr. Ini kemasan terkecil yang ada. Tagnya sangat bagus “resep jadul rasa gaul” dengan ikon pria Sunda. Merknya agak sulit membacanya karena tipe cetak huruf yang melengkung. Sejenak berpikir baru bisa membaca “Karuhun”. Dibalik untuk melihat kemasan sisi belakang, tidak banyak informasi tambahan. Padahal space yang ada mayoritas kosong alias sangat longgar. Sayang tidak dimanfaatkan. Setelah sampai di rumah giliran tes rasa kripik singkong ini. Ternyata sangat pedas, terasa sekali rasa cabai dengan jinten dan aroma daun jeruk. Rasa pedasnya benar-benar menggigit, sangat cocok bagi pecinta pedas. Tapi sayang penulis tidak gemar citarasa pedas. Di kemasannya tidak ada keterangan pedas, dikira rasa standart. Seperti produk Qtela yang lebih dahulu populer, ada berbagai macam rasa dan tercantum di kemasannya. Lagian jika dibandingkan, Karuhun lebih mahal. Di lokasi yang sama, Karuhun kemasan 180 gr berharga dua puluh tiga ribu. Sedangkan Qtela rasa original kemasan 60 gr seharga empat ribu rupiah. Untuk berat yang sama berarti tiga kemasan Qtela berharga dua belas belas ribu rupiah. Nyaris selisih separo harga. Penulis pikir merk baru ini bukan penantang yang tangguh buat merk Qtela. Bagaimana pendapat anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H