Melinda Dee di Citibank bergaji 70 juta rupiah per bulan dengan bonus setiap triwulan sebesar seperempat milyar aja masih bernafsu menilep dana nasabah dan bank demi kemewahan hidupnya tentu sangat mengherankan dan memprihatinkan bagi banyak orang. Padahal wanita montok itu bekerja di kota metropolis dengan segala fasilitas hidup yang lebih dari layak, tempat kerja dengan kantor yang nyaman, beserta sarana berkendara yang mewah (kayak Ferarri dan Hummer). Mendengar Citibank saja semua orang pasti membayangkan kliennya orang-orang parlente atau korporasi beromzet besar sejalan dengan nafas kapitalisme negara asal Citi. Seandainya dia pernah bekerja di bank yang sangat altruis seperti bank Grameen setidak-tidaknya nuraninya dapat melihat betapa orang-orang yang bekerja di Grameen bank dengan gaji jauh sekali tapi masih bersengat kerja dalam bisnis microfinance bagi orang-orang dhuafa terutama kaum perempuan. Direktur utama sekaliber peraih nobel perdamaian Muhammad Yunus saja bergaji 650 dollar. Beliau di Dhaka yang merupakan daerah tropis bekerja di kantor tanpa AC, cuma kipas angin, berkendara mobil minibus bekas. Sedangkan manajer paling rendah bergaji 175 dollar. Dengan 60 ribuan karyawan mereka bermimpi bisa menyentuh 100% penduduk miskin Bangladesh dan ikut berpartisipasi menurunkan angka kemiskinan meski tanpa dukungan pemerintah. Bahkan kini Muhammad Yunus disingkirkan pemerintah dari Bank Grameen. Seandainya bisa ditukar, Muhammas Yunus di sini dan Melinda Dee di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H