Mohon tunggu...
Cak Idur
Cak Idur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobi membaca dan menulis. Tertarik dengan ICT, pertahanan, teknik, dan sosio-ekonomi.. Ngeblog juga di www.cakidur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Geopolitik Konflik Libya

31 Maret 2011   03:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1301540206652111013

Zona larangan terbang (no fly zone) di wilayah yang didominasi pemberontak Libya telah ditegakkan Sekutu dan serangan udara membombardir konsentrasi kekuatan militer pemerintah Libya dalam skema operation dawn odysse. Petinggi Sekutu mengklaim bahwa jatuhnya rezim Qadhafi tidak sampai hitungan bulan. Menilik ekpedisi militer Sekutu di Irak (1991 dan 2003) dan Afganistan 2001, tampaknya sulit target tersebut terealisasi karena tidak adanya dukungan serangan darat Sekutu sebagai penentu akhir dalam sebuah operasi militer. Opsi memperkuat oposisi pasti diambil Sekutu sebagaimana di Iraq mereka berusaha memperkuat terutama kelompok Kurdi di utara yang selalu anti rezim Sunni di bawah Saddam Husein dan kelompok perlawanan Syiah di selatan.Dibantu dengan serangan-serangan udara baik pesawat tempur maupun misil penjelajah seperti desert fox operation guna memperlemah elemen pertahanan militer Iraq supaya pihak oposisi lebih mudah menggulingkan Saddam. Namun cuma gempuran pasukan darat Sekutu yang mampu mendongkel Saddam Hussein dari kekuasaannya secara letterlijk dalam bentuk operation Iraqi freedom.

Sementara di Afganistan meski pihak oposis dibantu pihak AS namun cuma bertahan di daerah suku Uzbek dan Tajik di wilayah utara, lembah Pansheer, yang notabene sekedar 20% wilayah Afganistan. Baru setelah Sekutu turun ke dalam serangan darat dalam skema operation enduring freedom, rezim Taliban berhasil didepak. Akan tetapi di kedua negara tersebut meskipun tokoh-tokoh oposisi terkemuka dan kuat telah mengambil kekuasaan namun tidak mengakhiri perlawanan rezim terguling baik kelompok Sunni Iraq dan kelompok Taliban Afganistan hingga saat ini. Dalam kasus Libya, peta kekuatan oposisi Libya jauh lebih lemah daripada kelompok opsisi Iraq dan Afganistan dukungan AS/Sekutu. Dalam waktu dekat kecil kemungkinan AS akan melancarkan serangan darat karena kondisi geopolitik secara global pasca invasi AS ke Iraq dan Afganistan tidak menguntungkan dan semakin memperbesar resistensi dari kaum Muslim. Serta menjaga strategi untuk menciptakan citra bahwa yang menggulingkan rezim Qadhafi adalah rakyatnya sendiri bukan karena didongkel oleh pasukan AS/Sekutu. Sebagaimana saat operation Iraqi freedom, negara-negara teluk sekutu AS keberatan dijadikan basis pasukan AS dalam melancarkan operasi.

Dukungan langsung negara Arab terhadap Libya saat ini berasal dari dua negara Arab kecil UEA dan Qatar yang keberadaan rezimnya bergantung perlindungan Inggris dan AS apalagi sekarang ditengah gelombang perubahan yang menuntut pemerintahan yang lebih demokratis. Kemungkinan terbesar yang praktis dan bisa diterapkan adalah memperkuat persenjataan dan dan menurunkan pasukan khusus untuk meningkatkan teknik strategi bertempur pihak opsisi Libya di tengah tidak adanya tokok yang menjadi inti dan motor perlawanan terhadap rezim Qadhafi. Tanpa adanya ruh dalam perlawanan maka bisa terjadi Vietnam kedua dimana pihak Vietnam Selatan tidak mampu menahan laju gempuran Utara meski dibantu persenjataan dan pasukan militer Sekutu yang superior karena tidak adanya ruh dan konsepsi ideologi dari tokoh-tokoh terkemuka pihak Selatan. Terlebih Qadhafi telah lama membantu perlawanan kelompok-kelompok oposisi di negara Afrika yang sekarang telah memegang kekuasaan di negaranya masing-masing.

Di media Barat dikatakan sebagai tentara bayaran, secara analisa dapat disampaikan bahwa kelompok ini direkrut Qadhafi sebagai balas jasa yang diperlukannya pada saat posisi Qadhafi terjepit. Dari kacamata di atas dapat diestimasikan bahwa perlawanan rezim Qadhafi lebih kuat daripada rezim Saddam dan Taliban, Sekutu tanpa serangan darat sangat sulit menumbangkan rezim Taliban. Italia dan Jerman pun mengiming-imingi tempat pengasingan Qadhafi guna memperlicin proses pengggantian rezim Libya. Meski misalnya Qadhafi telah tewas, sebagaimana terjadi di Iraq dan Afganistan, tidak bakal mewujudkan Libya yang stabil dan bebas perlawanan tanpa keikutsertaan perwakilan dari rezim sebelumnya. Berbeda dengan kasus Tunisia dan Mesir yang lebih mapan perangkat-perangkat organisasi negara dan lebih terpelajar masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun