[caption id="attachment_115900" align="aligncenter" width="300" caption="F-16 A Block 15 OCU TNI-AU"][/caption] Menhan RI, Poernomo Yusgiantoro, dengan Komisi I DPR memastikan tawaran hibah 24 unit F-16 C/D bekas dari AS diterima. Pemerintah dan DPR telah setuju menerima tawaran hibah tersebut setelah mengkaji secara mendalam. Di lain pihak Konggres AS telah menyetujui rencana pemerintah AS di bawah Barack Obama akan hibah itu. Dalam setahun ke depan akan datang 3 hingga 5 pesawat, sesuai dengan kapasitas upgrading pabrikan. Dananya diambil dari alokasi rencana pembelian 6 unit F-16 Block 52 baru. Hibah F-16 bekas disampaikan oleh Menhan Rober Gates pada kunjungan 2008. Dalam kunjungan Presiden AS Barack Obama beberapa wakt lalu, beliau menegaskan kembali rencana hibah tesebut
Namun banyak mendapat kritisi dari berbagai pihak termasuk Komisi I sendiri. Penawaran hibah pada mulanya diiringi ketakutan trauma embargo militer AS yang pernah dialami Indonesia dari tahun 2000, baru dicabut pada November 2005. Embargo militer dijatuhkan AS kepada Indonesia akibat krisis Timor Leste di mana Indonesia dituduh melakukan pelanggaran HAM. Dampaknya sangat serius bagi armada pesawat tempur maupun non tempur TNI-AU. Hampir semua pesawat tempur F-16 grounded akibat kekurangan suku cadang bahkan terjadi kanibalisasi. Mulai 2008 AS kembali membantu Indonesia dalam perawatan pesawat terutama C-130 Hercules dan F-16 Falcon. Saat kini dari 10 pesawat F-16 yang tersisa baru 6 unit yang layak terbang dan 4 unit tercatat rusak.
Pada mulanya Pemerintah berencana mengupgrade 10 unit F-16 A/B tersebut yang berkelas Block 15 OCU ke F-16 C/D Block 32 dan menambah 6 unit baru F-16 C/D Block 52. Harga satu unit F-16 Block 52 sekitar 60 juta dollar. Namun AS menyarankan untuk menerima hibah pesawat bekas cadangan F-16, dana yang ada bisa dipakai untuk meng-upgrade 24 unit pesawat bekas tersebut. Pesawat cadangan AS yang akan dihibahkan merupakan F-16 C/D Block 25 yang ketinggalan jaman avioniknya dan harus diupgrade teknologinya ke kelas Block 32. Lifetime pesawat masih panjang masih tersisa 4000 hingga 5000 jam, masih hingga 20-25 tahun lagi dengan pemakaian yang hemat. Biaya upgrade tiap pesawat diperkirakan sekitar 10 juta dollar. Jika sudah kelar semua maka TNI-AU akan memiliki kekuatan 2 skudron F-16 C/D Block 32 dengan jumlah 34 unit. Kekuatan taktis yang sangat efektif di Asia Tenggara.
Namun yang perlu diperhatikan adalah kesinambungan AS dalam mendukung perawatan pesawat tersebut, terutama resiko ancaman embargo di kemudia hari. Mengingat pada bulan November 2010, Dubes dan Konggres AS sempat ribut masalah pelanggran HAM TNI di Papua akiobat kasus video penyiksaan penduduk setempat oleh oknum TNI. Ini merupakan sinyal yang perlu dicermati oleh pihak pemegang keputusan. Kemudian program pengadaan pesawat bekas F-16 tersebut harus diikuti dengan pemenuhan arsenalnya. Jangan seperti program pembelian Su-27/30 dari Rusia yang tidak bersama paket senjatanya. Perlu waktu yang lebih lama realisasi pengadan arsenal Sukhoi sehingga sempat menjadikan pesawat tempur Sukhoi Indonesia ibarat macan ompong.
Arsenal F-16 yang dilengkapkan pun harusnya lebih baik lagi. Saat pembelian F-16 pertama Indonesia pada 1989 dan 1990, bersama paket senjata meliputi AIM-9-P4 Sidewinder, rudal anti-pesawat jarak pendek, dan AGM-65 Maverick, rudal udara-darat untuk sasaran keras berdaya jelajah menengah. Untuk kali ini harusnya diikuti paket pembelian arsenal yang lebih baik lagi minimal dengan AIM-120 AMRAAM, rudal anti-pesawat jarak menengah (sekitar 50 km). Serta rudal anti pesawat jarak pendek AIM-9 seri terbaru yang lebih andal dari pada seri sebelumnya seperti seri P4 (daya tahan jamming/decoy, akurasi, kemudahan manuver). Perlu diketahui cuma Indonesia saja yang memiliki pesawat tempur buatan AS tanpa AIM-120 AMRAAM di Asia Tenggara. Yang lain sudah ada seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia. Menjadikan pesawat tempur TNI-AU sangat lemah dalam peperangan BVR (Beyond Visual Range). Dengan akuisi pesawat-pesawat F-16 tadi diperkirakan F-16 menjadi tulang punggung armada tempur TNI-AU hingga kehadiran armada pesawat yang lebih maju lagi di masa depan, KFX yang bergenerasi 4,5+. Akan tetapi diperkirakan juga negara-negara tetangga seperti Singapura dan Australia sedang menunggu kedatangan pesawat tempur generasi 5, F-35. Apakah Indonesia akan selalu terbelakang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H