Mohon tunggu...
Cak Idur
Cak Idur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobi membaca dan menulis. Tertarik dengan ICT, pertahanan, teknik, dan sosio-ekonomi.. Ngeblog juga di www.cakidur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

AL Indonesia Vs Bajak Laut Somalia

20 April 2011   00:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:37 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303337873780893123

Bung Karno mengklaim bangsa kita bermental tempe. Bertahun-tahun Indonesia sekedar menjadi penonton aksi sirkus pembajak laut di teater perairan tanduk Afrika. Telah silih berganti kapal-kapal niaga negara asing menjadi korban penyanderaan perompak untuk memeras pemilik kapal dengan uang tebusan. Sejak ambruknya kekuasaan pemerintah pusat Somalia akibat perang saudara dan intervensi asing serta memburuknya kemiskinan, aksi perompakan semakin merajalela. Untuk meredam aksi perompakan, negara-negara NATO, Rusia, dan Asia mengerahkan kekuatan AL di sekitar perairan tanduk Afrika. Banyak negara-negara Asia yang turut serta menggelar kekuatan supaya jalur pelayaran niaga mereka aman seperti India, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korsel.Bahkan AL Malaysia dan AL Korsel menunjukkan kepada dunia bahwa mereka andal dalam mengamankan akses pelayaran mereka dengan bertindak cepat dan tepat membebaskan kapal-kapal mereka yang disatroni perompak. Betul apa yang dikatakan Bung Karno bahwa bangsa kita bermental seperti tempe, diinjak-injak dulu baru sadar dan berbuat untuk bangkit. Kita menyatakan bahwa kita adalah bangsa bahari yang besar dengan panjang total pesisirnya terpanjang di dunia dan panjang wilayah negara ini apabila ditaruh di peta dunia maka ujungnya ada di Baghdad dan London. Tetapi kita memiliki Angkatan Laut yang lebih lemah dari negara kecil semacam Singapura, Malaysia, dan Thailand. Tidak mampu mengamankan jalur laut dunia seperti mereka. Begitu ada kapal pertama Indonesia MV Sinar Kudus yang menjadi korban perompakan pemerintah langsung kalut tidak bisa berbuat apapun guna membebaskan kapal berserta awaknya secara terhormat. Banyak negara menawarkan bantuan militer untuk menyelamatkan kapal tanpa perlu pemerintah Indonesia mengemis. Pemerintah berdalih bahwa mereka langsung mengerahkan frigat ke arah teluk Aden begitu informasi perompakan diterima namun kapal keburu sudah merapat ke pesisir Somalia yang notabene mustahil diserbu karena rapatnya penjagaan jika kapal sudah bersandar. Lelucon macam apa itu mengejar kapal perompak yang jauhnya ribuan mil dengan mengandalkan satu atau dua buah frigat. Kapal perang mana yang ada di dunia iniyang bisa berlayar secepat kilat. Namun kita tidak perlu terlalu menyalahkan pemerintah karena memang kita sadar pemerintah tidak memiliki cukup uang untuk ikut serta menggelar satu atau dua kapal AL guna berpartisipasi mengamankan kapal-kapal niaga Indonesia di perairan yang dijaga AL internasional di tanduk Afrika. Kita tidak perlu iri dengan AL Singapura yang saat ini mendapat giliran memimpin komando operasional AL internasional di perairan tersebut. Namun pemerintah jangan gengsi dan malu minta bantuan AL internasional di sana jika memang AL kita tidak mampu. Keluarga awak kapal yang disandera adalah warga negara Indonesia yang berharap mereka pulang selamat. Tunjukkan kepada dunia bahwa satu warga Indonesia adalah sangat berharga dan dilindungi penuh oleh pemerintah Indonesia dimanapun dia ada di belahan dunia. Seperti terasa jika anda menjadi warga negara AS, Inggris, Perancis, bahkan Israel, masyhur di dunia bahwa mereka sangat commit melindungi warga negaranya di manapun berada. Atau pemerintah Indonesia saat ini masih belum lepas dari doktrin matra darat warisan Orba, lupa akan doktrin bahari warisan Orla. Semoga peristiwa ini mengingatkan kehebatan doktrin bahari Bung Karno. Jasmerah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun