Mohon tunggu...
Cak Idur
Cak Idur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobi membaca dan menulis. Tertarik dengan ICT, pertahanan, teknik, dan sosio-ekonomi.. Ngeblog juga di www.cakidur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Onoda, Sang Prajurit Terakhir Jepang yang Menyerah

22 Maret 2014   03:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf sedikit terlambat posting untuk tema ini. Sebenarnya ide tulisan ini tercetus ketika membaca berita kematian Hiroo Onoda. Legenda itu sendiri telah meninggal di bulan kemarin, Januari 2014. Beliau dikenal sebagai prajurit Jepang pada Perang Dunia II yang menyerah terakhir kali. Setelah hampir 30 tahun pasca Jepang menyerah kepada Sekutu di tahun 1945. Onoda merupakan perwira intelijen dengan keterampilan komando, pangkat terakhir adalah letnan dua. Sebelum pasukan Jepang yang berbasis di Manila mundur karena terdesak, Onoda dan regunya mendapat instruksi untuk bertahan di pulau Lubang, kepulauan barat Filipina. Mereka mendapat instruksi langsung secara lisan dari Mayor Taniguchi. Onoda berempat dengan timnya bergerilya di dalam hutan pulau tersebut. Meskipun ada selebaran yang menyatakan perang telah berakhir, mereka tetap bertahan tidak mempercayai propaganda tersebut sebelum mendapat instruksi langsung. Di tahun kelima, salah satu anggotanya menyerah kepada aparat keamanan Filipina. Beberapa tahun kemudian dua anggota tersisa tewas dalam baku tembak. Sejumlah pencarian digelar oleh pemerintah Jepang untuk menemukan Onoda di pulau Lubang. Tapi hasilnya nihil, tidak dijumpai jejak sedikitpun. Hingga suatu hari, seorang pria Jepang bernama Suzuki berhasil membuat kontak dengan Onoda di hutan itu. Dia membuat foto potret Onoda dan pulang ke Jepang untuk meyakinkan pemerintah bahwa Letda Hiroo Onoda masih hidup. Operasi pencarian Onoda digelar kembali di hutan pulau Lubang pada tahun 1974. Suzuki mengikutsertakan mantan atasan langsung Onoda di masa PD II Mayor Taniguchi. Tidak mudah menemukan Onoda yang sangat terampil bergerilya. Senapan Arisaka yang merupakan senjata laras panjang standar bala tentara Jepang di PD II masih terawat dengan baik lengkap dengan sekitar 500 butir peluru. Ketika tim pencari berhasil menemukan Onoda, mereka berusaha meyakinkan Onoda. Mayor Taniguchi muncul dengan membawa selembar surat perintah yang dibuat bergaya era PD II dan memberikan perintah lisan langsung kepada Onoda untuk menyerah pada penguasa wilayah setempat atau pemerintah Filipina karena perang Kekaisaran Jepang sudah berakhir. Onoda menerima dan menyerah kepada aparat keamanan Filipina. Selama bergerilya di hutan, Onoda dan regunya telah menewaskan sekitar 30 penduduk. Namun presiden Filipina, Ferdinand Marcos memberikan amnesti sehingga Onoda bisa dipulangkan ke negaranya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun