Dalam politik saling argumentasi bahkan sekeras apapun dibolehkan, apalagi kebebasan berpendapat menyampaikan kritik sangat dibenarkan oleh undang-undang yang ada di negara kita. Ini era reformasi, yang harus kita sadari kawan. Menjelang pelantikan Jokowi-JK 20 Oktober 2014 semua lapisan masyarakat dan elemen bangsa seharusnya bersikap arif dan mengendalikan cara-cara provokasi.
Tak terkecuali kelompok yang mengatasnamakan Peguyuban Masyarakat Pelestari Tradisi (Pametri) yang dengan sepihak memfitnah Pak Amien Rais selaku tokoh reformasi, mantan Ketua MPR dan mantan Ketua Umum Muhammadiyah sebagai "Sengkuni" sehingga dilakukan ruwatan disamping rumahnya beberapa hari lalu. (lihat ROL, Republika Online, 16/10/2014).
Tindakan ruwatan terhadap tokoh sekelas Pak Amien Rais menurut saya adalah tidak tepat dan salah sasaran. Dalam perspektif Islam perbuatan ruwatan sendiri sangatlah bertentangan karena bukan cara ibadah yang diajarkan oleh Islam, bahkan seperti cara-cara jaman jahiliyah dulu yang sarat dengan klenik, dan musyrik. (Lihat merdeka.com, 19/10/2014, PAN: Amien Rais tak pantas diruwat dan disebut sengkuni).
Kepada mereka yang berbeda pendapat dengan Pak Amien Rais gunakanlah cara-cara yang sehat, santun dan demokratis. Janganlah menggunakan cara-cara klenik dan musyrik. Apalagi dengan tuduhan keji Pak Amien disebutnya sebagai "Sengkuni" tokoh jahat dalam pewayangan dan tradisi jawa. Nauzubillah! Aksi yang sarat penghinaan terhadap tokoh sekaliber Amien Rais tersebut wajib saya bela.
Seharusnya, jika bapak-bapak dari Pametri tak setuju dengan sikap Pak Amien Rais tentang berbagai hal soal politik atau kebangsaan, pakailah cara-cara demokrasi yang selama ini anda yakini kebenarannya. janganlah justru memprovokasi keadaan di saat elit nasional kita sedang sama-sama mengendalikan diri dan mendinginkan suasana politik jelang pelantikan Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Yang menghina Pak Amien Rais segeralah bertobat kepada ALLAH SWT, dan minta maaf kepada Pak Amien Rais jika anda bangsa yang santun dan menjunjung tinggi budi pekerti adi luhung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H