Mohon tunggu...
Abdul Hamied
Abdul Hamied Mohon Tunggu... -

Lahir di Sumenep, 17 Mei 1978. Pendidikan terakhir S2 Magister Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nawa C(er)ita

4 Februari 2015   03:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari kita sehatkan nalar terkait kriminalisasi KPK dengan menyimak rangkaian dibawah ini.
1. Kebetulan KPK pimpinan Samad ini sedang getol-getolnya mengusut kasus korupsi  BLBI yg merugikan negara 600 Triliun yang terjadi pada jaman Megawati. Samad 2014 pernah sesumbar tak takut menyeret Megawati.
2. Selang kemudian kebetulan Jokowi jadi presiden. Jokowi di dukung PDIP dan disebut-sebut "boneka" Mega.
3. Kebetulan Jokowi mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal kapolri. Budi adlh ajudan Megawati saat jadi presiden, saat korupsi BLBI 600 Triliun terjadi.
4. Kebetulan Budi Gunawan menjadi tersangka KPK terkait rekening gendut. Jokowi mengganti plt kapolri yg dia adalah "kader" Budi Gunawan, sama-sama terindikasi rekening gendut. Kabareskrimnya adalah calon besan Budi Gunawan.
5. Hari ini pimpinan KPK dipreteli satu-persatu. Mulai dari Bambang Wijayanto, Abraham Samad, Adnan Pandu dsb. Semua ramai-ramai dilaporkan kepada kepolisian oleh kader PDIP dimana Megawati sebagai ketuanya.
6. Di kepolisian yang memproses laporan kriminalisasi KPK ada Budi Gunawan cs. Diatas kepolisian ada presiden Jokowi yg dituding "boneka" Mega. KPK mau mengusut kasus korupsi pada jaman Mega.
7. Ingat, KPK saat ini satu-satunya lembaga negara yang paling di percaya oleh rakyat. Yang paling depan memberantas korupsi.
8. Dengan puzzle-puzzle yang benderang itu, sedemikian tumpulkan logika kita dan menganggap pelaporan pimpinan KPK bukan bagian dr kriminalisasi?
9. Apakah kita menjadi buta mata dan hati, membiarkan institusi KPK di preteli?. Apakah kita akan tetap diam ketika persekongkolan jahat terjadi di negeri ini.
Mari Selamatkan Negeri Ini, Mari Selamatkan KPK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun