Di Indonesia sendiri, bukanlah pemimpin pemerintahan yang bereaksi atas konser Taylor Swift di Singapura. Tetapi pernyataan datang dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Menurut politisi PPP ini, keberadaan Taylor Swift---yang konsernya selalu dibanjiri penonton--semestinya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia, agar bisa memanfaatkan keberadaan Taylor Swift untuk menciptakan Swiftnomics, alias dampak ekonomi dari kehadiran Taylor Swift.
Di negara lain, Swiftnomics disebut telah berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal III 2023 lalu.
Bloomberg Economics memperkirakan, para Swifties dan penggemar musisi kondang lainnya, Beyonce, berkontribusi sebesar US$5,4 miliar---atau setara sekitar Rp84,5 triliun--terhadap PDB AS kuartal III 2023. Proyeksi tersebut dengan asumsi tiap Swiftie menghabiskan dana setidaknya US$1.500 untuk datang ke konser Taylor Swift, termasuk untuk tiket konser, transportasi, penginapan, serta makan dan minum.
Lantas mengapa Taylor Swift alih-alih tampil di Indonesia tetapi justru menggelar konser di negara kecil Singapura? Meskipun secara sepintas Swifties di Indonesia tentu lebih banyak jumlahnya ketimbang Singapura.
Efisiensi boleh jadi merupakan alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu didukung dengan posisi geografis Singapura yang berada di tengah negara-negara ASEAN lainnya.
Ya, posisi Singapura sebagai negara pulau kecil di antara jalur perdagangan strategis, sejak lama menjadikan negeri tetangga Indonesia ini memegang peranan penting dalam jalur perdagangan global, termasuk ketika penggunaan moda transportasi maritim kini sebagian tealh beraling menggunakan moda transportasi dirgantara.
Layaknya efek domino, pemerintah Singapura pun memanfaatkan dengan baik keunggulan tersebut untuk membangun dan mengembangkan infrastruktur pendukung perekonomian negaranya. Bandara Changi pun kini menjadi salah satu bandara tersibuk, dengan penerbangan internasional terbanyak.
Kondisi menguntungkan tersebut juga ditambah banyak Swifties dari negara-negara tetangga Singapura yang merasa bukan masalah jika mereka harus datang ke Singapura untuk menyaksikan idolanya tampil di Negeri Singa itu. Ibarat pepatah Sekali Mendayung Dua Tiga Pulau Terlampaui, Sekali ke Singapura nonton konser dan berwisata pun terlaksana.
Bahkan ada kolega saya yang sudah sejak lama merencanakan dan membeli tiket untuk pergi ke Singapura menyaksikan konser pelantun Cruel Summer itu. Tak peduli ketika ternyata jadwal konser tersebut bentrok dengan acara dadakan dari kantor, si kolega ini tetap memilih untuk menghadiri konser Swift di Singapura alih-alih mengikuti acara kantor.
Yang menarik, usai pernyatan peluang menghadirkan Taylor Swift di Indonesia yang diapungkan oleh Menparekraf Sandiaga Uno, ketidakmampuan Indonesia mendatangkan Taylor Swift untuk menggelar konser di Tanah  saat ini mendapat autokritik dari Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.