liburan akhir semester atau libur Lebaran, saya pun memanfaatkannya untuk kembali ke Bogor alias pulang kampung.
Saya tinggal di Kota Bogor, dan dahulu menempuh pendidikan sarjana di Universitas Airlangga, Surabaya. Setiap momenTentunya bagi seorang anak kos, ada nuansa dan suasana berbeda, saat berada di rumah kos dengan berada di rumah sendiri. Yang pernah merasakan ngekos tentu paham perbedaan yang saya maksud ini.
Saat berada di Bogor dalam masa libur kuliah, saya pun kerap menyempatkan diri untuk hang out bereuni kecil-kecilan dengan kawan-kawan semasa sekolah. Maklum, dengan kegiatan dan studi yang dijalani pasca lulus sekolah dasar dan menengah, tentu ada rasa rindu ingin kembali berkumpul seperti di masa sekolah dulu.
Maklum orang Indonesia. Prinsip 'makan nggak makan asal kumpul' kadang sangat terasa di dalam kelompok pertemanan.
Hingga suatu ketika, saya sengaja menambah sendiri periode libur semesteran saya di Bogor sebelum kembali ke Surabaya. Jadi, ketika jadwal perkuliahan sudah dimulai, saya malah menambah waktu liburan selama sepekan.
Hmmm, saya tidak menyarankan anda untuk meniru tindakan saya ini ya, Kompasianers. Â Mungkin pada saat itu, semangat kuliah saya sedang turun-turunnya.
Dalam periode libur 'tambahan' itu pun, saya kembali nongkrong dengan kawan seangkatan saya semasa SMA. Sebut saja namanya Yahya.
Ia yang saat saya temui baru saja pulang dari kuliahnya di Universitas Indonesia, kaget ketika melihat saya masih juga berada di Bogor. Padahal semestinya saya sudah kembali berada di Surabaya, untuk memulai perkuliahan.
"Gua masih pengen liburan, Ya," ujar saya menjawab pertanyaan Yahya mengapa saya belum juga kembali ke Surabaya.
"Hati-hati lu, Di. Entar kelamaan di Bogor, lu bisa homesick," ujar Yahya.
Saya mencoba memahami, homesick yang dimaksud Yahya adalah kondisi dimana saya selalu ingin berada di rumah, akibat lokasi aktivitas saya yang jauh dari rumah.