Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Solidaritas untuk Palestina dan Potret Media Sosial di Indonesia

7 November 2023   05:06 Diperbarui: 8 November 2023   19:17 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang ngefek ya ini?;

Dikirim ke Gaza saja, siapa tahu suara mereka bisa didengar;

Yang hadir pasti karena mau nasi bungkus gratis;

Yuks terbang ke sana (Gaza) buat ngangkat ngangkat reruntuhan.

Dan masih banyak lagi...

Mengapa komentar-komentar negatif atas tindakan orang lain seperti itu lazim kita temui di media sosial?

Adanya fenomena komentar negatif itu tak lepas dari fungsi media sosial sebagai identitas personal baru bagi pemilik akun. Atau bisa dikatakan sebagai identitas atau gambaran diri dalam versi digital.

Dari fungsi sebagai identitas inilah muncul perbandingan sosial, yang dinyatakan oleh Leon Festinger sebagai kebutuhan untuk menilai diri sendiri. Pemenuhan atas kebutuhan ini pun dilakukan dengan membandingkan antara diri sendiri dan orang lain, di mana terdapat kecenderungan bahwa diri sendiri lebih baik daripada orang lain di media sosial.

Komentar negatif, atau bahkan yang biasa diistilahkan sebagai 'nyinyir', sesungguhnya merupakan wujud konsekuensi negatif dari perbandingan sosial di media sosial. Sementara media sosial saat ini seolah sudah menjelma menjadi sebuah 'kebutuhan pokok' di era digital.

Dan dengan fenomena tersebut, tentu bukan hal yang aneh jika tiap hari, kita banyak menemukan komentar-komentar negatif atas unggahan di media sosial. Termasuk komentar negatif berbungkus pertanyaan terhadap identitas diri orang lain. Seperti dalam kasus yang dialami oleh kawan saya Wiwi, yang saya ceritakan di atas.

Baiklah. Perbandingan sosial di media sosial ini sepertinya akan kian masif, hingga mendekati Pemilu 2024. Karena drama-drama perbandingan itu sudah mulai dimainkan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun