Kawan saya, sebut saja namanya Wiwi, kini aktif menjadi konten kreator khususnya di TikTok dan Instagram. Di akun media sosialnya itu, ia sering mengunggah cerita kesehariannya, serta endorsement sejumlah produk.
Beberapa hari lalu, ia mengunggah tangkapan layar salah satu direct message yang ditujukan kepadanya.
 "Kak, koq nggak pernah mengunggah dukungan kepada Palestina?"
Dalam unggahan yang menyertakan tangkapan layar direct message itu, Wiwi mengaku sebenarnya merasa sedih, jika ada follower-nya yang menganggap dirinya tak peduli dengan penderitaan rakyat Palestina, hanya karena tidak pernah mengunggah sesuatu yang bernada solidaritas atau dukungan terhadap Palestina khususnya pasca eskalasi konflik geopolitik sejak awal Oktober lalu.
Wiwi pun mengunggah fotonya sedang mengikuti acara pengajian dan doa bersama untuk rakyat Palestina, seraya diberi caption "Saya pun aktif mengikuti beberapa kajian yang menyelipkan pesan dan doa bersama untuk rakyat Palestina,".
Baiklah. Saya pun memahami Wiwi tak bermaksud untuk pamer apalagi membanggakan diri kerap hadir dalam pengajian dan doa bersama untuk Palestina. Saya yakin unggahan seperti itu hanya untuk "menenangkan" para followers-nya agar tidak lagi menduga Wiwi tak solider terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Dari unggahan Wiwi dan segala komentarnya, saya pun beralih membaca sejumlah berita di media daring -- yang kemudian diunggah ulang di media sosial -- terkait aksi solidaritas dan dukungan bagi Palestina, yang kembali marak belakangan ini.
Unggahan-unggahan berita soal aksi dukung mendukung itu pun ramai dikomentari warganet. Komentarnya pun beragam. Ada yang mendukung. Namun tak sedikit pula yang mempertanyakan efektivitas aksi unjuk rasa itu.
Saya coba membahas yang kedua.
Ketika saya membaca unggahan berita soal aksi damai Bela Palestina yang digelar pada hari Minggu 5 November 2023 lalu di Instagram CNN Indonesia, saya membaca ada beberapa warganet yang berkomentar miring soal aksi ini, seperti: