Alkisah, di masa penyusunan skripsi dahulu, ada seorang kawan saya yang sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan media massa, sebagai seorang jurnalis, sebut saja namanya Boris. Ia sudah bekerja full time, namun belum menyandang status sarjana hanya karena belum menyelesaikan satu mata kuliah wajib, yakni penyusunan skripsi.
Untuk menyiasati pengerjaan skripsi tanpa "mengganggu" pekerjaannya, ia pun memanggil beberapa kawannya yang ia percaya untuk membantu. Di kemudian hari saya mendengar bahwa kawan-kawan yang dipanggilnya itu menjadi semacam tim kecil untuk menyusun skripsi Boris
Tentu saja tidak 'cuma-cuma'. Boris di awal pertemuan dengan sejumlah kawannya telah menjanjikan akan memberi bayaran sejumlah tertentu untuk pengerjaan tugas karya ilmiahnya itu.
Namun, Boris juga mengarahkan tema besar yang akan diangkat dalam skripsinya itu. Hal itu ditegaskannya agar ia pun bisa mengerti kerangka teori serta kerangka berpikir dan metodologi penelitian yang digunakan saat ia menjalani ujian skripsi kelak.
Setelah semuanya disepakati, kawan-kawan yang telah dipilih Boris pun bekerja membagi tugas, mulai membuat rencana penelitian, mengumpulkan data, sampai menuangkan hasil penelitian ilmiah dalam lembaran-lembaran skripsi, yang tentu saja atas nama Boris.Â
Mungkin kalau dalam penulisan sebuah buku, pembagian tugas ini lazim mungkin disebut sebagai ghost writer.
Setelah skripsinya jadi, tentunya Boris kembali mengumpulkan kawan-kawan penulis skripsinya. Tujuannya tentu sebagai final inspection si Boris, atas skripsi yang telah disusun oleh kawan-kawannya.Â
Ya, walaupun yang menyusun adalah kawan-kawannya, tapi kan yang mengajukan dan mempertahankan di hadapan para dosen tentulah si Boris. Bukan kawan-kawannya.
"Si Boris itu sudah melacurkan ilmu pengetahuan," ujar seorang kawan saya ketika mengetahui praktik ghost writer skripsi Boris.
"Ah, istilahmu itu ketinggian, kawan," saya menanggapi pernyataan kawan saya ini. Saya baru mendengar istilah pelacuran ilmu pengetahuan ya dari dia.
 "Tapi kan mestinya namanya skripsi, ya hasil karya sendiri, kan?"