Sebenarnya, saya termasuk yang tidak kaget-kaget banget jika pesohor Andreas Deddy Tjahjadi Sundjojo, atau dengan nama pentas Deddy Corbuzier, diberikan tugas khusus oleh Kementerian Pertahanan melalui Tentara Nasional Indonesia sebagai letnan kolonel (letkol tituler).
"Deddy Corbuzier diberikan kepangkatan itu dengan pertimbangan kemampuan khusus yang dibutuhkan TNI yakni, kapasitas komunikasi di sosial media. Kemampuan dan performance Deddy Corbuzier tersebut akan membantu TNI untuk menyebarkan pesan-pesan kebangsaan dan sosialisasi tugas-tugas TNI dalam rangka menjaga pertahanan RI,"
Demikian penjelasan Juru Bicara Kemenhan Dahnil Anzar Simanjuntak seperti dikutip Kompas.com, pada 11 Desember 2022.
Oke, Deddy adalah seorang pesohor, baik di media konvensional maupun media sosial. Adapun saat ini kepopuleran pesohor di media sosial bisa jadi lebih menjadi acuan, di era masifnya penggunaan platform media sosial.
Tak heran jika di negeri Khatulistiwa ini, banyak pesohor yang menjadi terkenal karena media sosial, dan menjadi sosok yang berpredikat selebgram, selebTikTok, influencer, dan sejenisnya.
Di media sosial Instagram, akun @mastecorbuzier memiliki 11,3 juta pengikut, dan akun Youtube Deddy Corbuzier diikuti oleh 19,7 juta pengguna media sosial. Ini menjadikan Deddy masuk dalam 10 besar Youtuber dengan subscribers terbanyak.
Nah, di Indonesia, pesohor-pesohor yang memiliki banyak pengikut di dunia maya, lazim dijadikan sebagai influencer. Dalam hal ini, influencer di media sosial kini disebut-sebut sebagai salah satu aktor yang berpengaruh bagi persepsi dan tatanan kehidupan masyarakat secara konkret, khususnya di Indonesia.
Dengan definisi tersebut, menjadi lumrah kiranya jika influencer bisa dijadikan sebagai sosok yang efektif di masa kekininan, untuk digunakan dalam berbagai tujuan yang erat kaitannya dengan dukungan marketing atau promosi, baik bagi aspek ekonomi seperti barang dan jasa, kampanye sosial, hingga ranah politik.
Nah, negara pun tak ketinggalan ingin memanfaatkan sosok-sosok yang besar di media sosial, untuk tujuan kampanye program-program dalam penyelenggaraan negara. Apakah ini berhasil? Ada yang berhasil, tapi tak sedikit pula yang yang kurang berhasil.
Kalau kita melihat, penggunaan influencer untuk tujuan tersebut, tak hanya ditemukan di Indonesia.
Seperti pemerintah Inggris, yang memanfaatkan influencer Shaughna Phillips, Chris Hughes, dan Josh Denzel untuk mengkampanyekan pentingnya tes Covid-19 yang diadakan oleh pemerintah sebagai bagian dari program tracing atau pelacakan skala nasional dalam penanganan Covid-19 di negeri Raja Charles itu.