"Ramadhan telah datang dan sudah terlihat hilalnya di toko-toko swalayan. Â No Debat, tidak ada khilafiyah lagi,"kata seorang sahabat dengan tertawa renyah, bagai kerupuk yang baru saja mentas dari penggorengan. Tanpa melihat kalenderatau hilal yang muncul hanya sekilas saja, dengan melihat rak-rak toko swalayan yang penuh dengan pernik ramadhan, akan terasa sekali jika ramadhan sudah sangatlah dekat.
Ramadhan datang lagi saat kumparan pandemi masih terus melingkar-lingkar bagai ular piton melingkari pohon kelapa. Ia menyusup dengan cepat dan seolah-olah kita tidak mempunyai kemampuan untuk berduel dengannya. Â Ini ramadhan kedua di tengah-tengah ujian, orang-orang pergi ke masjid atau mushola dengan memakai masker di wajahnya, posisi shof yang biasanya rapat dan lurus, bahkan imam diwajibkan untuk mengingatkan shof agar rapat dan lurus "showu shuhufakum, fainna tasfiatis shuhuf min tamamis sholat" ( rapatkan shof barisanmu, karena sesungguh lurus dan rapatnya shof merupakan kesempurnaan sholat) sekarang suara itu tidak lagi terdengar, justru yang terdengar agar makmu berdiri pada garis yang ditentukan dengan berjarak dengan jamaah yang lain.
Apa yang ada dalam pikiran kita tentang bulan ramadhan??
Mungkin sebagian mengatakan bulan suci yang agung tempat umat islam untuk menyemai kebaikan karena pahala kebaikan akan dilipatkan, mungkin juga yang mempunyai pemikiran ramadhan adalah waktu yang terbaik untuk mengembangkan bisnisnya, banyak produk yang sangat digemari di bulan ini, karena entah mengapa di bulan suci sebagian orang lebih konsumtif dibandingkan bulan-bulan yang lain. Padahal puasa adalah latihan untuk prihatin, menahan diri dari segala sesuatu yang tidak berorientasi ke Allah. Â Bisa jadi bulan menjadi lebih terkesan konsumtif karena semua orang ingin berbuat baik, ingin memperbanyak sodaqoh, ingin banyak memberikan hadiah kepada yang lain.
Lalu bagaimana kehidupan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam saat Ramadhan ??
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma salah satu sahabat nabi berkatan berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus ( HR Bukhori)
Penjelasan tentang sikap rasulullah di bulan ramadhan, memberikan gambaran yang luar biasa tentang hakekat bulan ramadhan. Beliau shallallahu 'alaihiwasallam, yang memang sehari-harinya bersifat lembut, akan lebih lembut lagi di bulan ramadhan, beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang biasanya memang dermawan, akan lebih dermawan lagi di bulan ramadhan. Seperti inilah seharusnya, umat islam memberi makna bulan ramadhan, semakin baik amalnya, semakin santun akhlaqnya, semakin rajin membantu yang membutuhkan.
Mengacu kepada hadits di atas, maka ada 3 aspek yang seharusnya menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pribadi muslim dalam menyambut ramadhan.
Pertama, kemampuan menjaga lesan dari kata-kata yang tidak berguna. Jika ada seseorang yang puasa kemudian tidak bisa menjaga lesannya dari kata-kata yang tidak berguna, maka puasanya akan sia-sia saja, tidak berguna. Aneh dan tidak bisa difahami, jika dalam bulan ramadhan seorang muslim berkata-kata keras dan kasar, apalagi menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya (hoaks).
Kedua, kemampuan menjaga perbuatan yang bisa menyakiti hati dan perasaan orang lain. Â Dalam keadaan apapun seseorang yang berpuasa harus bisa menjaga diri, bahkan ketika seseorang menghinanya dan mengajaknya berkelahi nabi memerintahkkan, agar menjawab "Inni shoimun" (sesungguhnya aku orang yang berpuasa), sebuah sikap tidak akan mau terlibat dalam konflik di bulan suci walaupun ia dalam keadaan benar.
Ketiga, kemampuan meningkatkan sikap peduli dengan yang lain, terutama hamba-hamba Allah yang membutuhkan pertolongan karean tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Â Maka dalam ramadhan atas istilah fidyah, seseorang yang sakit sehingga tidak mungkin berpuasa lagi diwajibkan untuk memberi makan fakir miskin.