Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menunggu Nadiem Melangkah ke Depan Tanpa Beban Masa Lalu

26 Juli 2020   23:19 Diperbarui: 26 Juli 2020   23:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menteri Nadiem tidak mengerti sejarah pendidikan Indonesia?? Begitu banyak kritik yang disampaikan kepada menteri yang masih sangat muda ini. Jika sang menteri tahu, untuk apa?? Untuk romantisme masa lalu?? 

Memang ada dalam teori sejarah, penting relasi masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Kita berada di sini, karena masa lalu. Masa lalu mempengaruhi masa kini dan masa kini mempengaruhi masa depan.

Tanpa mengabaikan pentingnya belajar masa lalu, kitapun harus bijak melihat bahwa masa lalu, karena masa lalu seringkali menjadi bantungan sandungan untuk berjalan lebih cepat ke masa depan.

Kita terjebak pada romantisme itu, bukankah sering terucap " Pendidikan sekarang beda dengan zaman dulu, pada zaman dulu pendidikan mengabungkan antara moralitas dan ilmu. Sekarang hanya fokus ke ilmu saja. Lihat anak sekarang menghabikan di depan smart phonenya, cenderung anti sosial."

Benarkah pendidikan lebih baik di masa lalu?? Kalimat di atas rasanya hanya sekedar romantisme saja, setiap zaman menyediakan tantangan yang berbeda. Lalu dengan pertimbangan apa kita mengacu ke masa lalu sebagai ukuran??

Ketika Presiden Jokowi memilih Nadiem Anwar Makarim sebagai menteri pendidikan, apa yang diinginkannya??  Apa yang diharapkan dari figur yang hampir tidak mempunyai akar yang kuat dalam pendidikan di Indonesia??

Sebuah gagasan revolusioner tentang pendidikan, mengubah pondasi pendidikan dasar di Indonesa untuk menjawab tantangan zaman yang lebih lama semakin keras. Dunia dalam perkembangan dunia informasi menjadi dunia yang "datar". Perlu perubahan mendasar dalam paradigma pendidikan nasional.

Pola paradigma pendidikan kita selama ini masih menjadi bagian dari kebijakan politik yang berkuasa pada masa itu, tidak berpusat kepada peningkatan kompetensi siswa secara utuh. Ungkapan ganti menteri ganti kebijakan mempunyai bukti yang sederhana bahwa dunia pendidikan kita, sangat dipengaruhi sang penguasa dan menteri yang dipilihnya.

Sebuah kurikulum baru dirasakan manfaatnya jika mampu menghasilkan lulusan yang perannya dirasakan, mulai dari dunia industri sampai kebutuhan sosial budaya di masarakat.

Presiden Jokowi membebankan di pundak menteri pendidikan untuk mengubah paradigma dasar pendidikan nasional??  Sampai saat ini kita belum melihat langkah-langkah yang diambil oleh Nadiem dalam menjalankan amanah yang sudah ada di pundaknya.

Apakah beliau masih ragu untuk melangkah ?? Kita berharap, beliau menyiapkan strategi yang luar biasa untuk mengubah wajah pendidikan kita, menjadi yang baru dan penuh gairah. Tetapi mungkinkah impian terwujud??.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun