Mohon tunggu...
Cak Bud
Cak Bud Mohon Tunggu... Programmer - Kader GP Ansor

Aku suka membaca buku psikologi dan belajar khidmah di masyarakat melalui Nahdlatul Ulama. Aku berharap bisa mengendorkan saraf dengan menulis artikel. Artikel yang kutulis di sini murni sudut pandang pribadi dan bukan mewakili pandangan organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Membaca Guru Aini Karya Andrea Hirata

23 Mei 2024   10:54 Diperbarui: 23 Mei 2024   11:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Novel Guru Aini Karya Andrea Hirata| Dokumen Pribadi 

Aku gabut, gais. Beberapa hari ini, aku merasa kurang enak badan. Semua urusan pekerjaan kustop semua. Aku hanya ingin rebahan sepanjang hari sambil menikmati buku semampunya. Eh ternyata bisa merampungkan beberapa buku bacaan dan satu novel karya mas, eh bang, eh gimana manggilnya ya? Pak Andrea Hirata saja, ya, yang berjudul Guru Aini.

Buku itu sebetulnya sudah lama berada di rak. Selama ini, aku memang jarang sekali tertarik untuk membaca novel. Sampai sekarang ini mungkin belum genap 10 buku novel yang kubaca sampai habis. Aku lebih suka membaca buku yang berhubungan dengan psikologi, kepribadian, essai, opini, atau hal buku fiksi lainnya.

Alur kisah di dalam novel itu membuatku hanyut dan terpukau dengan penggambaran karakter yang begitu kuat. Desi yang berambisi menjadi guru matematika digambarkan dengan begitu cerdik dalam banyak adegan. Meskipun ditentang banyak orang, dia tidak bergeming sedikit pun.

Penggambaran detail kejadian demi kejadian benar-benar membuatku kagum. Sebagai contoh ketika Desi mabok tak berdaya saat diombang-ambingkan badai di atas kapal membuatku seolah mengalami kejadian itu sendiri. 

Banyak pula plot atau kejadian-kejadian tak terduga yang menambah novel ini menjadi semakin menarik untuk segera dibaca sampai tuntas. Awalnya aku mengira Debut adalah murid yang bisa membuat guru Desi ganti sepatu. Ternyata bukan. Debut malah membuatnya keewa dan guru Desi tampak semakin galak dalam mengajar murid-muridnya.

Namun, sebagai pembaca novel anyaran, aku merasa ganjel juga ketika menyadari Aini adalah anak dari Dinah yang ternyata juga muridnya guru Desi. "Wow! Paling tidak guru Desi telah mengajar di SMA itu sekitar 18 tahun-an. Bearti umur guru Desi hampir 40 tahun dan belum menikah sampai Aini lulus" batinku. 

Alur ceritanya sering melompat dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain. Kalau tidak jeli, kita bisa salah paham dan merasa itu adalah kelanjutan peristiwa sebelumnya padahal bukan! Seringkali peristiwa yang terjadi di beberapa tempat berbeda disajikan beriringan. Sebagai contoh ketika guru Desi mengucapkan salam saat hari pertama mengajarnya, itu ternyata ceritanya selesai sampai di situ.

Di bawahnya, jawaban salam yang disuguhkan seakan menjawab salam dari guru Desi ternyata  bukanlah jawaban dari murid-murid guru Desi saat itu, melainkan jawaban dari murid guru Lusinun. Guru Desi mengajar di SMA, bu Lusinun mengajar di SD.

Gitu aja, sih. Gak tau lagi mau nulis apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun