A. Pembuka
Beberapa bulan terakhir saya terlibat diskusi dan berurusan dengan para milenial, karena tugas saya di Kemenpira bidang Kepemudaan. Walau untuk menyeimbangkan (bahkan men-down grade) untuk kesepahaman dengan mereka, masih ada gap yang sulit untuk diterima secara pola pikir sebagai kaum milenial.
Saya suda berusaha untuk berpikir secara pragmatis (coba men-simplify tata aturan), tetapi masih saja terkaget-kaget dgn pola pikir mereka.
B. Milenial Menggampangkan Masalah
Bukan lantaran sebagai kaum birokrat yang selalu mengedepankan prosedural, kadang para milenial begitu meng-gampangkan segala urusan ( bisa dianggap grasa-grusu) walau terlihat efektif.
Terkadang jika terjadi kesalahan, mereka dengan mudah melupakan. Sementara kami berusaha untuk mencari alasan sebagai penjelasan (atau sekedar justifikasi) sebagai pertanggungjawaban.
"aduh bagaimana ini, ternyata kita gagal?.. Apa alasan untuk lapor ke Atasan?". Sementara kaum milenial dengan santai menjawab, " Sudahlah tak perlu dipikirkan.. Wajar kita salah, nanti kita perbaiki lagi..".
C. Lebih Suka Tindakan Cepat
Kadang mereka tak mau terlibat dengan diskusi mendalam atau berdebat tentang rencana kegiatan. Mereka cukup diberi arahan atau penjelasan seperlunya, mereka segera bertindak melaksanakan tanpa bertanya.
Apa jawaban mereka saat ditanya tak mau terlibat dalam diskusi rencana kegiatan, " kalau bapak kasih perintah dan kami bertanya, berarti kami tak paham... Kalau kami diam, bukan berarti cuek atau mengabaikan... Kami akan cari sendiri penjelasannya. Buang2 waktu saja untuk diskusi terlalu lama".
Namun, ada benarnya. Mereka begitu cepat laksanakan tugas, kalau pun ada hambatan mereka akan searching google untuk peroleh informasi. Bahkan mereka lebih cepat mendapatkan info peraturan atau cara terbaru.