Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setia Menuggu

1 Maret 2023   06:13 Diperbarui: 1 Maret 2023   07:21 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diremang senja malam
Seorang diri mematung,
Menunggu seseorang
Menyibak lembayung.

Terlihat gemericik air,
Di saluran mengalir.
Benih rindu mengukir,
Dihatinya mengulir.

Sambil mengaca diri
Di telaga nan sunyi,
Ternampak rambut
Yang telah memutih.

Setiap jelang sabtu,
Kenakan baju biru.
Menuju stasiun tugu,
Ia selalu menunggu.

Stasiun yang kini
Mulai gelap gulita,
Seiring waktu
Melewati senja.

Namun dia tetap
Setia menunggu,
Tak bergeming
Lewati waktu.

Stasiun kereta telah
jadi rumah hantu,
Karena sudah ada
Stasiun yang baru.

Hingga datang
Si cucu nan mungil,
Dengan ayahnya
Datang menghampiri.

Kakek marilah
Kita mau pulang,
Karena waktu
Telah lewat petang.

Nenek pasti batal
Datang kemari lagi,
Masih ada urusan
Dan sibuk sekali.

Si cucu menggamit
Tangan kakeknya,
Dibimbing menuju
Mobil ayahnya.

Kejadian setiap sabtu,
Kakeknya selalu begitu.
Datang ke stasiun tugu,
Selalu menunggu.

Bekasi, 16/2/23

#Setiamenunggu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun