Terlihat anggun dengan baju putihmu,
Menyapa sesiapa saja orang di ruang itu.
Tak lupa kau bawa cawan isi butiran obat,
Sesekali amati selang infus yang terhambat.
Ruangan mu berdinding putih dan selalu bersih,
Aroma ruanganmu selalu wangi dan steril sekali.
Hilir mudik temanmu selalu sibuk diburu waktu,
Jika bunyi bel berdenting dari ruang rawat ICU.
Suster itu selalu berlari cepat tak ingin terlambat,
Tak mau tahu kondisi dirimu yang mungkin penat.
Mendampingi-bantu para dokter sedang operasi kilat,
Selalu menyeka peluh sang dokter di ruang gawat darurat.
Dalam waktu makan pun kadang selalu terlambat,
Basah keringat tubuh terlupa jika pasien kondisi gawat.
Kuyakin engkau selalu berdoa buat pasien yang sekarat,
Berbagai operasi dilakukan dan tindakan dengan cepat.
Terkadang kulihat sang suster menangis saat istirahat,
Bukan hadapi beban pekerjaan yang membuat penat.
Perih lambungmu akibat waktu makan yang terlambat,
Jadi keseharianmu demi lakukan tugas yang terhormat.
Mulia tugasmu walau pasien sering ungkapkan keluhan,
Seolah dirimu malaikat agar penyakit dapat disembuhkan.
Menangis dan berdoa buat pasien yang sedang sekarat,
Semoga amalmu terlimpah tuk menjadi bekal di akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H