Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gerobak Kehidupan

27 Oktober 2022   00:20 Diperbarui: 27 Oktober 2022   00:39 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tersengal nafas tak beraturan,
Lekat keringat badan bercucuran.
Setelah lama berjalan seharian,
Mencari barang bekas buat makan.

Setiap blok perumahan dia lewati,
Mengulik barang  yang bisa diraih.
Barang sudah mulai menggunung,
Setoran dari istri sudah sekarung.
Terseok mereka jalan beriringan,
Untuk kembali pulang ke pangkalan.

Guratan senja mulai memerah,
Pertanda malam akan menjelang.
Dibongkar barang dalam tumpukkan,
Lalu bersihkan gerobak beralas koran.

Terlihat istri dan anak berlarian,
Tersenyum sambil bawa bungkusan.
Kericik perut pun mulai berdendang,
Pertanda waktu makan telah datang.

Terdengar suara jangkrik bersahutan,
Si burung balam pun ucapkan salam.
Dalam gerobak yang cukup panjang,
Lelapkan mereka tidur berhimpitan.

Dalam tidur pikiran menerawang,
Saat kali pertama ke metropolitan.
Rencana sambangi teman yang sukses,
Ikut merantau jual sawah bersurat leges.

Tetiba turun di terminal pemberhentian,
Begitu sibuk orang turun berserabutan.
Saat turun sambil berdesakan,
Buntelan pun raib tidak ketahuan.

Mereka panik mencari kesana-kemari,
Penjambret barang berlari dan pergi.
Sang istri pun menangis begitu sedih,
Ratapi barang yang tak kan kembali.

Tak lama tersembul sang Mentari,
Pertanda hari sudah menjelang pagi.
Mereka bangun dan bergegas diri,
Lanjutkan hari mencari rezeki.

Bekasi tengah malam,  24/10/22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun