Gubrak.... Terasa bunyi kursi berderak,
Hempas badan terlelah seolah retak.
Mendesah kesibukan saat pulang bekerja,
Melepas sepatu dan tas ransel di meja kerja.
Tertunduk lesu mengingat perdebatan siang,
Emosi pada teman hampir tangan melayang.
Konsep proyek seminggu dibuat siang malam,
Tertolak dengan cemoohan dianggap serabutan.
Gigi geraham bergemeratak menahan emosi,
Tangan mengepal ingin mencekal leher berdasi.
Namun sempat kuhela nafas berulang-ulang,
Akhirnya terhindar pertikaian hampir menjulang.
Ku terduduk dan terdiam dalam perdebatan,
Masing-masing ingin konsep diterima spontan.
Kuraih secangkir kopi dihadapan yang menggoda,
Terseruput menganulir emosi yang sedang membara.
Kuterdiam sambil mendengarkan argumen bantahan,
Terpapar kelemahan karena ragu dapat dilaksanakan.
Ku tersenyum sesaat atas koreksi dan masukkan,
Tetiba pikiran terlontar mengantar jawaban.
Kuberingsut dari kursi maju kedepan dengan elegan,
Dengan perlahan akhirnya ku coba menjelaskan.
Titik kelemahan konsepku segera diperbaiki,
Dari saran dan masukkan hasil debat dan diskusi.
Semua peserta rapat tersenyum menampakkan gigi,
Debat berjam-jam berakhir dengan solusi yang pasti.
Sang Bos pun berdiri menyalami dan akhiri pertemuan,
Peserta rapat  bergembira dan semua bertepuk tangan.
Terima kasih pada mu wahai secangkir kopi menawan,
Aroma mu dapat meneduhkan hati, emosi dan pikiran.
Sebelum aku keluar bereskan berkas untuk istirahat,
Ku gamit kembali habiskan sisa kopi sang penyelamat.
@Cakbro, Bekasi 13/10/22
#SecangkirKopiPenyelamatRapat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H