Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aroma Hirup Secangkir Kopi

13 November 2021   23:48 Diperbarui: 14 November 2021   00:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seketika dingin menulang rusuk,
Terbangun dan tertegun mahsyuk,
Melirik jarum Jam penunjuk.
"Ach..terlalu dini terbangun",
Tarik selimut seraya merutuk.

Perlahan semilir angin menyelinap,
Gorden tersibak menyapa pagi gelap.
Terkesiap ku lirik jam sambil menguap,
Cepat sekali jarum jam berdetak,
Nyatanya mendung menjadi suasana gelap.

Hempaskan selimut terjatuh di lantai,
jalan bergontai menuju kamar mandi.
Maafkan Tuhanku terlambat absen pagi ini,
Semalam sibuk depan laptop tuk mencurah hati.

Guyuran air disekujur tubuh saat mandi,
Tak juga bisa bukakan kelopak mata ini.
Ingin rasanya ke peraduan kembali,
Karena tidur belum terbalas pagi ini.

Tetiba kelopak mata terbuka nanar,
Aliran darah bergolak dan berbinar.
Kini ku sambut mendung pagi tak menyinar.
Siap tuk ke kantor dengan semangat gelegar.

Adakah yang tahu penyebab pagi misteri,
Yang rubah suasana pagi begitu cepat sekali?
Pastinya ada sesuatu yang jadi sensasi pagi,
Ternyata jawaban adalah.....
Dari aroma hirup secangkir kopi.

#Bekasi, MenantiPagiDenganSecangkirKopi#

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun