Pada dua kisah yang berbeda di atas, menceritakan tentang kisah antara negoisasi yang berhasil dan gagal. Negoisasi merupakan pertemuan antara kedua belah pihak yang memiliki misi atau kepentingan, dimana akan menghasilkan suatu kesepakatan dari salah satu diantaranya kepentingan tersebut atau keduanya.
Dalam kisah negoisasi yang terjadi pada Camp David, Presiden Carter pandai memanfaatkan emosinya sehingga menghasilkan kesepakatan dengan baik. Namun pada kisah yang lain, sang direktur yang terlalu sombong dan percaya diri, tidak pandai memanfaatkan emosinya, selain terjadi kegagalan dalam kesepakatan bahkan justru berdampak buruk baginya.
Persinggungan antara kedua belah pihak, jelas akan menimbulkan emosi dari pihak masing-masing, dan emosi tersebut akan mempengaruhi perilaku atau tindakan yang menghasilkan suatu kesepakatan. Kesepakatan diwujudkan untuk memenuhi kepentingan salah satunya, atau kombinasi diantara keduanya, atau bisa pula menghasilkan ketidaksepakatan.
Namun ada pula, ketika kesepakatan sudah diambil, namun kita merasa kesulitan mewujudkan hasilnya, mengapa?. Karena kesepakatan terjadi berdasarkan 'tekanan' (terintimidasi), pihak Inferior merasa ditekan untuk menandatangani yang sebenarnya belum disepakati, atau sikap diam seribu bahasa mereka (tanda tidak setuju) dianggap sebagai pernyataan setuju. Alhasil, saat kesepakatan dijalankan akan menemui hambatan akibat ketidaksetujuan (ketidaksepakatan) mereka. Inilah yang dikenal dengan kesepakatan untuk ' tidak sepakat'.
B. Emosi Selalu Berdampak Negatif Karena Membangkitkan AmarahÂ
Sering kita mendengar disekitar kita, atau kita sendiri yang mengalami, entah perdebatan atau percekcokan, yang jelas salah satu atau diantara keduanya menampilkan wajah yang sangat tegang pertanda mengalami emosi dan diungkapkan dengan suatu kemarahan : " Laporan macam apa ini?, sudah berapa lama kamu menjadi pegawai hah!,....", atau " suka atau tidak suka, kamu harus mentaati aturan ini!...". Terkadang kita juga tidak mengungkapkan emosi yang kita rasakan dalam suatu sikap, namun tetap saja merusak keceriaan suasana hari itu.
Psikolog Fehr dan Russel mengatakan bahwa setiap orang tahu apa itu emosi, namun tidak seorang pun mengetahui definisi secara jelas atas apa yang mereka rasakan. Kita merasakan adanya emosi, ketika seseorang menyinggung hal yang bersifat pribadi, maka emosi kita akan merespon, diikuti dengan pikiran dan perubahan psikis, juga hasrat untuk melakukan sesuatu. Misalnya, ada seorang bawahan yang menyuruh kita tanpa sadar saat didalam rapat " Siapa dia?,... berani-beraninya menyuruh saya!...". Biasanya perubahan psikis terjadi dengan tekanan darah meningkat sehingga ada keinginan untuk marah.
Salah satu dampak negatif dari emosi adalah sebagai berikut:
- Emosi negatif dapat mengalihkan perhatian dari masalah pokok
Emosi negatif bisa menjadi penghalang atas kesepakatan yang telah kita bangun sebelumnya. Ketika seseorang merasa sakit hati, maka emosi tersebut dapat mengubah menjadi suatu permusuhan. Ketika salah satu peserta rapat merasa terganggu atau tersinggung, maka mereka akan mengungkapkan emosi dengan tekanan darah yang meningkat dan membuat mereka mengambil sikap tertentu, entah dengan marah-marah atau hanya berdiam diri saja seraya menggerutu. Yang jelas, mereka akan mengalihkan perhatian dari kesepakatan sebelumnya dengan melindungi diri atas kepentingannya atau justru menyerang kita.
- Emosi negatif bisa menghancurkan hubungan
Emosi yang kuat dapat mengalihkan pikiran mereka dan membuat kita harus menanggung risiko atas kehancuran suatu hubungan. Dengan rasa marah, mereka akan mencela dengan komentar panjang (bahkan lari dari persoalan sebenarnya) atas kesepakatan yang telah buat, atau meraka akan membahasnya dengan bungkam seribu bahasa ketika kita membutuhkan suatu dukungan atas kesepakatan tersebut.
- Emosi bisa mengeksploitasi kita
Sebenarnya, ketika mereka mengingkari atau membantah atas pernyataan kita sebelum mereka tertarik dengan penjelasan yang akan kita uraikan, reaksi tersebut menunjukkan adanya perhatian dan kelemahan kita. Orang yang mampu memperhatikan reaksi emosional dengan cermat dapat menilai dan akan mengeksploitasi kelemahan kita, atau sebaliknya. Namun, eksploitasi atas informasi dari sebuah sikap mereka hanya untuk mempertimbangkan sebuah kesepakatan yang kita inginkan.