Mohon tunggu...
Cak Bejo
Cak Bejo Mohon Tunggu... Jurnalis - Menembus Batas Menguak Yang Tersembunyi

Menembus Jarak Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Hukum

JAM-Pidum Setujui Penghentian Penuntutan Kasus Pencurian HP di Gorontalo

20 Agustus 2024   19:10 Diperbarui: 20 Agustus 2024   19:15 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JAM-Pidum Prof. Dr. Asep Nana Mulyana Terapkan Keadilan Restoratif pada Kasus Pencurian Handphone di Gorontalo/dok. pri


Jakarta, 20 Agustus 2024 - Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (JAM-Pidum), Prof. Dr. Asep Nana Mulyana, kembali menunjukkan komitmennya dalam mengedepankan keadilan restoratif pada penyelesaian perkara pidana. Pada Selasa, 20 Agustus 2024, Prof. Dr. Asep Nana Mulyana memimpin ekspose yang menyetujui 14 permohonan penghentian penuntutan berdasarkan mekanisme keadilan restoratif, termasuk satu kasus pencurian handphone di Gorontalo.

Kasus yang melibatkan Tersangka AH alias MI ini berawal dari pencurian handphone milik ASM pada 4 Juni 2024 di aula kampus IAIN 2, Desa Pone, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Tersangka mengambil handphone INFINIX NOTE 40 berwarna hitam yang ditinggalkan korban di kursi saat mengikuti lomba debat.

Setelah ditemukan oleh pihak kepolisian, kasus ini ditangani oleh Kejaksaan Negeri Kabupaten Gorontalo yang dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri, Muhammad Iqbal, S.H., M.H. Melalui pendekatan keadilan restoratif, proses perdamaian antara tersangka dan korban berhasil dicapai. Tersangka mengakui kesalahannya, meminta maaf, dan mengganti kerugian korban sebesar Rp. 2.899.000. Korban pun setuju untuk menghentikan proses hukum.

Mekanisme keadilan restoratif ini bertujuan untuk menyelesaikan perkara secara damai tanpa harus melalui persidangan, menghindari efek jera yang berlebihan bagi pelaku yang baru pertama kali melakukan tindak pidana. Plt. Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo, Sofyan S., S.H., M.H., mendukung penghentian penuntutan ini dan mengajukannya kepada JAM-Pidum, yang akhirnya disetujui.

Selain kasus di Gorontalo, JAM-Pidum juga menyetujui penghentian penuntutan terhadap 13 perkara lain, termasuk kasus kekerasan dalam rumah tangga, penganiayaan, penggelapan, dan penipuan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Penghentian penuntutan ini dilakukan dengan pertimbangan adanya proses perdamaian, rendahnya ancaman pidana, serta pertimbangan sosiologis dan respons positif dari masyarakat.

Langkah ini merupakan bagian dari implementasi Peraturan Kejaksaan RI Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif dan Surat Edaran JAM-Pidum Nomor: 01/E/EJP/02/2022. Kebijakan ini menegaskan komitmen Kejaksaan dalam memastikan kepastian hukum yang berkeadilan dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Harli Siregar, S.H., M.Hum.  
Kepala Pusat Penerangan Hukum  
Kejaksaan Agung RI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun