Jatim - Sebagai umat manusia yang menyadari dan meyakini keberadaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sudah sepantasnya kita senantiasa bersyukur atas karunia-Nya yang melimpah. Alhamdulillahirobbil ‘aalamin, puji syukur kita panjatkan kepada-Nya. Dengan karunia-Nya, kita dapat melaksanakan sholat Idul Adha pada hari ini, 10 Dzulhijjah 1445 H, yang akan dilanjutkan dengan prosesi penyembelihan hewan qurban.
Selanjutnya, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, dan Nabi Ibrahim AS, yang telah berjuang mencerahkan manusia agar hidup dengan solidaritas sosial yang tinggi.
Makna dan Nilai Idul Adha
Idul Adha sarat dengan makna dan nilai yang perlu digali dan diaktualisasikan kembali. Idul Adha identik dengan kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, yang sangat relevan untuk diteladani. Nabi Ibrahim, Sang Bapak Tauhid, adalah Nabi Ulul ‘Azmi, Nabi Pilihan, dan bapak dari para nabi setelahnya, termasuk Nabi Muhammad SAW. Meneladani Ibrahim adalah seruan Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl (16): 120, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Hari Raya Idul Adha merupakan hari bersejarah bagi umat manusia, karena Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail telah meletakkan dasar-dasar sejarah yang hingga kini masih bisa kita lihat pada pelaksanaan ibadah haji dan penyembelihan hewan qurban.
Pengorbanan dan Kedekatan dengan Allah SWT
Kegiatan ber-qurban merupakan upaya seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui pengorbanan terhadap harta yang dicintainya. Seperti perintah Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar, “Sesungguhnya Kami (Allah) memberikan Telaga Kautsar kepada engkau (Muhammad), maka sholatlah karena Tuhanmu dan menyembelihlah qurban. Sesungguhnya orang yang benci kepadamu, dialah orang yang putus kebaikannya.”
Bahkan, sehari sebelum pelaksanaan sholat Idul Adha, yaitu pada 9 Dzulhijjah, ketika saudara-saudara kita berkumpul di Arafah, melakukan wukuf untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berzikir, berdoa, bertaubat, dan ibadah lainnya, Rasulullah SAW juga memberikan motivasi kepada umat Islam yang tidak melaksanakan wukuf untuk berpuasa sunah Arafah. “Berpuasa hari Arafah, aku (Nabi Muhammad SAW) berharap kepada Allah agar Allah mengampuni dosa satu tahun sebelum puasa dan satu tahun sesudahnya.” (HR. Muslim).
Semangat Pengorbanan dan Solidaritas Sosial
Hari Raya Idul Adha memiliki semangat rela dan ikhlas mengorbankan sesuatu yang kita miliki dan kita cintai demi kepentingan yang lebih besar. Semua hal pada hakikatnya merupakan titipan dan amanah dari Allah SWT yang harus kita syukuri dan gunakan sesuai dengan ajaran agama. Dalam Ibadah Qurban terdapat nilai-nilai yang memperkokoh kerukunan dan solidaritas sosial, karena Ibadah Qurban mengajarkan untuk mencintai sesama, saling menolong, dan saling memberi, sehingga muaranya dapat mengokohkan semangat kerukunan dan kebersamaan.
Lebih dari itu, secara simbolis, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memberikan pesan kepada kita agar kita membersihkan hati dan jiwa dari nafsu-nafsu hewani yang seringkali melekat pada diri manusia. Kecintaan kita terhadap atribut-atribut duniawi tidak boleh mengaburkan kecintaan kepada Allah SWT. Bahkan, kita diharapkan mau mengorbankan apa yang kita miliki dan apa yang kita cintai demi kepentingan umat, bangsa, dan negara, karena hal ini merupakan bagian dari perwujudan keimanan dan ketaqwaan kita.