Mohon tunggu...
Muhammad Baihaqi Nabilunnuha
Muhammad Baihaqi Nabilunnuha Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Dzikir, Fikir, Amal Sholeh...\r\nMade in Malang,Berproses di Kediri dan Ciputat...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa FDS (Harus) Ditolak

7 September 2017   08:06 Diperbarui: 7 September 2017   08:40 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Permendikbud nomer 23 tahun 2017 menjadi salah satu hal yang "masih" ramai dibicarakan, mulai dari di facebook, twitter, instagram, warung kopi, sampai warung lainnya pun, pro kontra tentang Permendikbud ini masih hangat dibicarakan. Permen ini berisi tentang peraturan sekolah 8 jam sehari selama 5 hari dalam seminggu atau Full Day School (FDS).

Yang menjadi ramai ialah munculnya gelombang penolakan yang massif (tapi belum terstruktur dan sistematis). Nahdhatul Ulama menjadi Ormas yang menolak keras diberlakukannya FDS ini. Menurut NU, diberlakukannya FDS dinilai akan mendistorsi peran madrasah diniyah dan pesantren dalam pendidikan. Lalu apakah cuma dengan alasan itu NU menjadi Garda terdepan penolak FDS?

Sebagai penganut "NU Garis Lucu", saya rasa perlu memberi pencerahan kepada masyarakat umum, bahwa ada hal lain yang harus dipertimbangkan kenapa FDS harus ditolak. Beberapa alasannya ialah kekhawatiran akan hilangnya waktu bermain permainan-permainan tradisional dari anak-anak tersebut.

Bayangkan saja jika FDS diberlakukan, maka anak-anak tersebut akan masuk sekolah pada jam 07.00 -- 16.00 ( 8 Jam plus Istirahat 1 jam). Itu belum menghitung perjalanan dari rumah menuju sekolah, kita asumsikan saja butuh waktu 10 jam dalam sehari bagi mereka untuk melaksanakan kegiatan sekolah. Lalu, bagaimana nasib permainan Layangan, kelereng, gobak sodor (kalau masih ada), dan permainan anak kecil lainnya?

Permainan-permainan tersebut akan terlupakan karena para pemainnya yang sudah lelah ketika sampai dirumah padaa sore hari. Kenapa nasib permainan-permainan itu bisa dibilang tidak akan bertahan? Karena selain sudah tergerus oleh "kemajuan zaman" dimana sekarang anak-anak kecil sudah "halal" bermain gadget, ya jawabannya adalah waktu paling afdhol untuk melakukan ritual permainan-permainan tersebut adalah sore hari.

Bermain adalah salah satu cara berinteraksi sosial yang paling mudah, bersifat informal, dan paling efektif untuk menumbuhkan simpatidan empati antar sesame. kalau kesempatan itu hilang, masak iya kita mau berharap mereka berinteraksi sosial lewat warung kopi yang isinya sudah didominasi banyak perbincangan serius dan dewasa? Ah, kurang pantas rasanya untuk anak kecil yang masih suci, nanti mereka jadi terlalu serius memandang hidup.

Oh ya, ada lagi alasannya. Coba lihat itu 8 jam waktu sekolah (diluar waktu istirahat) dari jam 07.00-16.00. iya, seperti jam kerja kantor. Jadi secara tidak sadaar, para anak tersebut akan dibiasakan memiliki rutinitas yang mirip dengan pekerja kantoran. Semakin subur lah filosofi "Pendidikan untuk mencari kerja, bukan pendidikan untuk pengetahuan".

Bekerja memang menjadi kewajiban kita untuk mencari nafkah, darimana kita mencari nafkah jika kita tidak bekerja? Kita kan tidak punya kemampuan untuk korupsi seperti para koruptor yang menjadi lawan KPK itu. Tapi ya tolong lah, Berikan mereka kesempatan mengeksplorasi pengetahuan melalui pendidikan, jangan bentuk generasi penerus kita menjadi robot dalam sistem jam kantor. Jadi, ayolah tolak FDS demi keselamatan layangan, Kelereng, dan sebangsa mereka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun