Mohon tunggu...
Muhammad Baihaqi Nabilunnuha
Muhammad Baihaqi Nabilunnuha Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Dzikir, Fikir, Amal Sholeh...\r\nMade in Malang,Berproses di Kediri dan Ciputat...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Jangan Pedulikan “FIFA”

5 Juni 2015   15:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Maksud saya dengan judul tersebut, bukan tidak memperdulikan FIFA secara institusinya, tapi sanksi yang sudah diberikan oleh otoritas tertinggi sepakbola dunia tersebut kepada Indonesia. FIFA sudah memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada Negara kita sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dengan adanya sanksi tersebut, bisa dibilang sepakbola nasional kita terkjena embargo. Praktis, Indonesia kehilangan hak keanggotaannya di FIFA, serta klub dan tim nasional kita tidak bisa mengikuti event internasional yang berada dibawah AFC dan FIFA. meskipun perkembangan terbaru, Sepp Blatter (Presiden FIFA) mundur dari jabatannya, sanksi terhadap Indonesia masih berlaku.

 

FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia karena mereka menilai adanya intervensi dari pemerintah kepada PSSI. PSSI sebagai otoritas tertinggi sepakbola nasional, seharusnya bekerja tanpa adanya intervensi pemerintah. Polemik antara pemerintah (dalam hal ini melalui Kemenpora) dengan PSSI yang dimulai pada akhir tahun 2014 kemarin, berlanjut tak berkesudahan sampai tenggat waktu dari FIFA tanggal 29 Mei kemarin. Karena hal tersebut, akhirnya FIFA rapat komite eksekutif FIFA tanggal 30 mei 2015 akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Indonesia. Karena FIFA merupakan badan tertinggi sepakbola dunia, pastinya kita harus mengikuti statuta yang ada di lembaga tersebut. Lantas bagaimana kita bisa mengabaikan perihal sanksi tersebut?

 

Sebenarnya, ada hikmah yang bisa kita ambil dari adanya sanksi FIFA terhadap Indonesia. Baik PSSI maupun Kemenpora, seharusnya lebih fokus untuk harmonisasi hubungan antara dua lembaga tertinggi yang menangani olahraga dan sepakbola ini di negara ini. Jika dua-duanya masih tetap keras kepala tanpa mau duduk bareng berdiskusi, maka kemungkinan terburuk, bakal ada kisruh dualisme federasi lagi seperti sejarah kelam 2011 lalu. PSSI dan Kemenpora haruslah mau memikirkan nasib sepakbola, pesepakbola, dan penikmat sepakbola nasional. Tema utama yang digaungkan Kemenpora, yaitu “reformasi tata kelola sepakbola Indonesia” merupakan patokan yang harus didahulukan.

 

PSSI harus sportif mau mengakui dan menerima jika dalam tubuh organisasinya ada oknum-oknum yang “bermain” dengan mafia sepakbola dan menghambat perkembangan sepakbola nasional yang sehat dan sportif. Begitu juga Kemenpora, janganlah sampai upaya reformasi ini ditunggangi oleh oknum-oknum yang juga hanya ingin menguasai PSSI dengan motivasi “kekuasaan”. Karena selain mengganti pengurus PSSI, dalam program reformasi tata kelola sepakbola, yang harus lebih diperhatikan lagi adalah reformasi pembinaan pemain dan pelatih sepakbola nasional. 

 

Jadi saya rasa semua insan sepakbola nasional harus legowo meneriman sanksi dari FIFA ini. Setelah itu, PSSI dan Kemenpora yang harus lebih peduli dengan nasib pemain, pelatih, klub, dan semua yang terlibat di sepakbola nasional. Kedua pihak harus segera diskusi bersama untuk mencari win-win solution dari masalah ini. Tentunya dengan patokan bahwa harus ada perbaikan dan reformasi di induk sepakbola nasional. Jadi kita tidak perlu menganggap bahwa sanksi dari FIFA seakan-akan sebagai kiamat sepakbola nasional, karena lebih tepat jika kita anggap hal tersebut adalah sebuah musibah bagi sepakbola Indonesia dan harus segera ditanggulangi bersama dengan benar. Karena yang penting bukanlah Sanksi dari FIFA, tapi adalah bagaimana perbaikan dan perkembangan sepakbola nasional. Salam satu jiwa Indonesia!

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun