It's Just a Movie
Ini adalah film tentang cinta, bukan tentang perjuangan politik. Lupakan segala hal tentang perjuangan politik Suu Kyi dalam mengupayakan demokrasi di Myanmar, tidak banyak adegan dalam film ini yang memberikan ruang politis dan ideologis. Kisah cinta Suu Kyi dan Michael Aris menjadi sajian utama di film bergenre drama biopik ini. Bahkan timing dalam film ini bisa dibilang anakronis, peristiwa demi peristiwa tidak tersusun secara kronologis sesuai dengan kisah nyata Suu Kyi dalam masa penahanan 1989-1995. Tapi memang itulah prinsip utama film, memberikan hiburan walau harus sedikit memelintir urutan kejadian.
Terlepas dari segala kritik tersebut, Luc Besson mampu menghadirkan kisah yang mampu membuat emosi penonton naik turun. Film ini membuat penonton akan merasa nyaman, takut, senang, miris, sedih, senang kembali, bergidik, sedih lagi, lalu bersemangat, dan ikut merasakan duka di akhir cerita. Akting Michelle Yeoh (Suu Kyi) dan David Thewlis (Michael Aris) patut diacungi jempol, bahkan Agga Poechit mampu menghadirkan sosok Presiden Tan Shwe yang menjadi musuh politik Suu Kyi. Sepanjang 132 menit, kesan agar pemerintah Myanmar mendapat tekanan internasional sangat terasa di film ini, sehingga pemerintah Myanmar harus melarang peredaran film ini di negaranya. Seolah deja vu, karena mirip dengan yang dilakukan Michael Aris saat Suu Kyi mendapatkan nobel perdamaian tahun 1991. Anda yang belum menonton, ada baiknya segera menonton, sayang apabila film sebagus ini dilewatkan.
Rate : 8.5/10
"Use your freedom to promote ours."
- Aung San Suu Kyi -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H