Mohon tunggu...
Mohammad Iqbal Fardian
Mohammad Iqbal Fardian Mohon Tunggu... -

Pendidikan Terakhir saya Pasca sarjana Universitas Jember, Magister Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tour De Ijen, Promosi Wisata dengan Kemasan Balap Sepeda

17 Januari 2014   20:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13899665961271660878

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas punya banyak cara mengangkat potensi wisata di daerahnya hingga dikenal dunia internasional. Jika di masa-masa sebelumnya wisata bumi lare Osing ini belum begitu dikenal, kini nama Banyuwangi berada di level yang diperhitungkan di industri pariwisata nasional. Popularitas Banyuwangi beranjak secara bertahap menuju level yang lebih tinggi setelah sejumlah agenda wisata berbasis budaya lokal dikemas sebagai promosi wisata dengan sentuhan modern. Keberanian Azwar Anas menggali budaya lokal yang sangat kaya dan dikemas dengan sentuhan terkini membuat industri pariwisata Banyuwangi menggeliat dan menjadi salah satu yang terdepan di Indonesia. Salah satu agenda wisata yang membuat Banyuwangi semakin dikenal adalah balap sepeda internasional Banyuwangi Tour De Ijen. Promosi pariwisata yang dikemas dalam tema besar sport, culture and tourism ini sudah dua kali diselenggarakan. Pertama pada tahun 2012 dan kedua pada 2-5 November 2013 yang menempuh total jarak 606,5 kilometer dengan empat special stage (SS) dari ujung barat hingga ujung timur Banyuwangi. “Tour De Ijen ini merupakan salah satu rangkaian perayaan ulang tahun ke-242 Banyuwangi,” kata Azwar Anas. Pada pelaksanaan kedua ini, Banyuwangi Tour De Ijen sudah masuk dalam kalender Union Cycliste Internationale (UCI). Dengan diakui sebagai kalender UCI, Tour De Ijen telah diakui levelnya secara internasional. Hal ini tidak lepas dari persyaratan arena bapalan, lokasi tempat bapalan, profesionalitas pelaksanaan bapalan, dan keikutsertaan pembalap dari negara lain asing. Dengan masuk kalender UCI, Tour De Ijen paling tidak telah sejajar dengan Tour De Singkarak di Sumatera Barat yang telah berlangsung lima kali. Pengakuan dari UCI ini tidak lepas dari usaha keras Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan balap sepeda internasional untuk promosi pariwisata lokal. Seperti halnya even sejenis, eksotisme dan pesona alam menjadi daya tarik yang ingin dijual dalam even ini. Tour De Singkarak misalnya, mempromosikan pesona Danau Singkarak dan alam Sumatera Barat yang elok. Sedangkan Tour De Java yang diadakan ISSI mengeksplorasi pemandangan Pulau Jawa secara keseluruhan. Adapun Tour De Ijen menampilkan keindahan alam Banyuwangi dari ujung barat hingga ujung timur. Secara khusus, even ini ingin lebih mempromosikan pesona Kawah Ijen yang memiliki api biru (blue fire), satu dari dua api biru di dunia bersama salah satu gunung di Finlandia. Seperti balap sepeda yang lain, Tour De Ijen juga memiliki ‘jalur neraka’ sebagai arena uji nyali dan ketangguhan pembalap. Etape keempat dengan jarak tempuh 171,3 kilometer inilah yang disebut ‘jalur neraka’ karena berada di ketinggian 1.875 meter di atas permukaan laut. Lokasinya tepat di punggung Gunung Ijen dengan tanjakan yang mencapai 45 derajat. Selain tanjakan, etape paling panjang ini juga menghadirkan kelokan tajam. Dalam balapan ini, Team Tabriz Petrochemical Iran keluar sebagai juara umum setelah menggondol dua gelar juara paling bergengsi, yaitu kategori individu dan tim. Pembalap Tabriz Petrochemical, Mirsamad Poorseyedi Golakhour sukses merebut jaket kuning (yellow jersey) setelah menaklukkan rute sepanjang 606,5 kilometer dengan catatan waktu 16 jam 11 menit 43 detik. Untuk kelompok tim, Tabriz Petrochemical mengukuhkan diri sebagai yang terbaik dengan membukukan total waktu 48 jam 47 menit 22 detik. Balap sepeda ini diikuti 14 tim dalam negeri dan enam tim dalam negeri. Team Tabriz rupanya berjodoh dengan alam Indonesia karena sebelumnya tim dari Iran ini juga menjadi juara umum Tour De Singkarak. Dalam Team General Classification, Tabriz unggul 2 menit dan 10 detik atas RTS Santis dari Taiwan. Sedangkan BRCC Banyuwangi berada di tempat ketiga dengan selisih 9 menit dan 55 detik dari Tabriz. Aminuddin, Manager Malaysia National Team menyatakan salut dan kagum dengan keberanian Banyuwangi menyelenggarakan balap sepeda internasional untuk promosi wisata. “Kami juga menjadi tahu budaya Banyuwangi asli yang menarik ini,” katanya. Pembalap dari negeri jiran, Mohd Sharul Mat Amin mencatat prestasi sebagai Raja Sprint. Aminuddin mengacungkan dua jempol ketika ditemui di Hotel Kalibaru Cottage. Tim yang dibawa Aminuddin kini sedang disiapkan untuk berlaga di di SEA Games 2013 di Myanmar pada Desember 2013. (iqbal fardian/arif firmansyah/intan kumala) http://www.jelajah.travel/budaya/promosi-wisata-dengan-menggelar-balap-sepeda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun