Mohon tunggu...
Mohammad Iqbal Fardian
Mohammad Iqbal Fardian Mohon Tunggu... -

Pendidikan Terakhir saya Pasca sarjana Universitas Jember, Magister Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Endog-endogan dan Tradisi Peringatan Maulid Nabi Khas Tanah Using

25 Maret 2013   08:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:16 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari masih pagi, bahkan mataharipun belum menampakkan sinarnya. Beberapa orang laki-laki sedang sibuk membersihkakan teras sebuah masjid. Didalam masjid tampak beberapa orang sedang mempersiapkan peralatan sound system. Terlihat pula lima orang hansip dengan pakaian dinas lengkap siap mengamankan acara yang akan dilaksanakan. Beginilah suasana pagi di masjid Baiturrohman Desa Temuguruh, Sempu Banyuwangi. Sebuah perhelatan rutin tiap bulan Robiul Awal untuk memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Bagi masyarakat Temuguruh, Maulid Nabi tak ubahnya seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Mereka menganggap maulid nabi adalah  hari raya ketiga yang harus di rayakan. Kelahiran  Rosulullah Muhammad SAW adalah sebuah momentum yang harus diperingati ummat Islam karena merupakan hari lahir dari Nabi utusan Allah yang telah membawa syariat Islam di muka bumi. Tak ada kegiatan ekonomi hari ini, semua energi tercurah untuk kegiatan peringatan maulid nabi.

Satu hari menjelang peringatan maulid nabi merupakan saat-saat  sibuk bagi warga Temuguruh, bahkan ada yang sengaja mudik untuk turut serta mengikuti peringatan maulid nabi di masjid jami’ Baiturrohman. Bapak-bapak terlihat sibuk menghias pohon pisang yang hendak di gunakan untuk pawai endog-endogan. Remaja putra dan putrid tampak berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengambil telur-telur yang hendak dihias. Tidak ketinggalan  para ibu juga sibuk di dapur untuk mempersiapkan hidangan yang akan digunakan untuk menjamu para tamu yang hadir di masjid Baiturrohman esok hari.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Temuguruh dilaksanakan pagi hari, sesudah Sholat Subuh tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal setiap tahunnya.  Diawali pembacaan dzikir maulid di masjid jami’  Baiturrohaman oleh beberapa orang tokoh masyarakat. Selanjutnya satu persatu tamu memasuki masjid dengan menggunakan kupon yang telah disediakan panitia. Tahun ini tercatat panitia menyediakan kupon untuk tahun ini sebanyak 1600 kupon, sebagaimana diutarakan Alim Rusli, salah seorang panitia.

Salah satu ritual yang unik untuk  mengiringi kegiatan pembacaan dzikir maulid adalah konvoi endog-endogan diarak mengelilingi Desa Temuguruh. Masayarakat tumpah ruah kejalanan untuk menyaksikan acara konvoi endog-endogan yang dihias dengan aneka rupa hiasan dan diarak dengan menggunakan berbagai macam kendaraan.  Tidak hanya itu grup  kesenian tradisional using ( kuntulan ), drumband juga turut berpartisipasi dalam acara peringatan maulid nabi setiap tahun.

Setelah berkeliling desa, arak arakan endog endogan kembali menuju masjid jami’, yang selanjutnya telur-telur yang diarak tersebut di cabuti dari pohon pisang untuk kemudian di berikan kepada tamu sebagai bingkisan. Selain telur masyarakat desa Temuguruh juga bersedakah dengan memberikan nasi bungkus yang nantinya diberikan kepada para tamu.

Kendatipun peringatan ini bertujuan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi kehadirannya masih menimbulkan kontroversi yang cukup panjang dalam sejarah perjalanan umat Islam di dunia  termasuk di Indonesia. Belum ada kesamaan pandangan di kalangan kaum muslimin, diperbolehkan atau tidaknya kaum muslimin memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Ditengah kontroversi yang belum menemukan titik temu tentang  boleh tidaknya pelaksanaan peringatan hari lahir Rosulullah Muhammad SAW, ternyata tidak menyurutkan pelaksanaan peringatan Maulid di berbagai daerah di tanah air. Masing-masing daerah memiliki cara dan tradisi yang berbeda-beda. Terbukti eksistensi pelaksanaan peringatan maulid nabi Muhammad SAW tetap terjaga seiring perjalanan waktu, ditengah gempuran modernism jaman dan sekaligus ditengah serangan-serangan kelompok ummat yang tidak memperbolehkan pelaksanaan maulid nabi.

Kontrversi pelaksanaan maulid nabi ini sebenarnya adalah problema  kesejarahan berupa kurun waktu  kapan pertama kali peringatan ini dilaksanakan. Oleh sebab peringatan ini tidak dilaksanakan pada jaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, maka beberapa kelompok berkesimpulan bahwa pelaksanaan perayaan ini tidak pernah dicontohkan oleh nabi. Sehingga dianggap mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama (bid’ah).

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, menurut sejarahnya diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.

Sedangkan tradisi endog-endogan adalah sebuah tradisi yang selalu menyertai pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di tanah using adalah  tradisi adalah tradisi turun temurun dilaksanakan di masyarakat Using di Banyuwangi. Sebagaimana ditutukan oleh Kang Bonali, salah satu sesepuh etnis Using yang tinggal di kawasan Mesjidan Desa Temuguruh.  Tetapi ketika ditanya siapa orang yang pertama kali meggunakan telur mengiringi peringatan mauled nabi. Dia tidak bisa menjawab, “ Sepengetahuan saya sejak kecil ya.. sudah begitu, saya ikut aja tradisi yang sudah ada” . Akan tetapi menurut Ustadz Mudhor Atim , seorang tokoh yang juga sejarawan Banyuwangi menyampaikan bahwa :

“ Tradisi endog-endogan itu muncul pada akhir abad ke-18. Seorang ulama asal desa Cemoro Songgon yang bernama KH. Abdullah Faqih menggunakan media telur ini sebagai media dakwah.  Menyadari bahwa masyarakat using pada saat itu masih sangat awam dan anismistis. Maka Kyai Faqih menggunakan media telur dalam memperkenalkan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat.  Penggunaan telur itu merupakan bahasa symbol yang lebih mudah dipahami dibandingkan ketika berdakwah kita langsung menjejali mereka dengan persoalan halal haram. ” (wawancara : 24 Januari 2013)

Lebih jauh lagi bahwa tradisi endog-endogan sebenarnya memiliki makna filosofis yang sangat tinggi. Endog adalah telur dalam bahasa jawa, seperti yang kita ketahui telur memiliki tiga lapisan.  Lantas apa hubunganya lapisan telur sama kelahiran Nabi Muhammad?  Tiga lapis Endog  tersebut adalah bahasa simbol yang dapat dijabarkan, lapisan telur itu terdiri dari kuningan, putihan, dan cangkang, dari sini mari kita ungkap sebenarnya maksud mengunakan telur dalam memperingati Maulid Nabi. Pertama, kuningan telur terdapat dibangian paling dalam dari sebuah telur.  Dari kuning telur ini merupakan embrio dari sebuah proses kehidupan. Dalam bagian ini terdapat protein yang tinggi maka dapat di ibaratkan sebagai IHSAN dalam kehidupan, sebagai bagian yang paling penting.

Kedua, Putihan  yang berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung kuningan. Putihan disini ibarat ISLAM, setelah ihsan maka membentuklah sebuah kenyakinan yaitu berupa islam. Ketiga, Cangkang adalah kulit terluar dari telur yang melindungi putihan dan kuningan telur tersebut. Cangkang ibarat IMAN dalam kehidupan.

Ditancapkan di pohon pisang maknanya adalah pohon pisang di ibaratkan manusia. Dalam diri manusia  terdapat perangkat qolbu yang  didalamnya dapat tancapkan apa saja, kebaikan ataupun keburukan. Maka iman, islam dan ihsan  adalah harmonisasi risalah yang di bawa Nabi Muhammad SAW, yang jika di tancapkan pada diri manusia akan  menghasilkan manusia yang tercermin dari pribadi Nabi Muhammad SAW.

Tradisi masyarakat using di wilayah Temuguruh memang memiliki perbedaan yang signifikan jika dibanding dengan tradisi using di wilayah-wilayah lain di Banyuwangi, yang biasanya  sering  dalam ritual upacaranya menghadirkan roh-roh leluhur. Karakteristik kebudayaan using di wilayah temuguruh telah berubah menjadi tradisi yang telah dipengaruhi corak kebudayaan kaum santri (baca: islam).  Tidak ada satupun ritual yang menghadirkan roh halus dalam gaya tradisi using di wilayah Desa Temuguruh./iqbal fardian

Hipotesis ini mendapat pembenaran dari pendapat Muhdor Atim yang mencontohkan tradisi endog-endogan yang berasal dari ijtihad KH.Abdullah Faqih Cemoro, dan salah satu contoh adalah tradisi Endog-endogan dalam pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Endog-endogan dan Tradisi Peringatan Maulid Nabi Khas Tanah Using

Hari masih pagi, bahkan mataharipun belum menampakkan sinarnya. Beberapa orang laki-laki sedang sibuk membersihkakan teras sebuah masjid. Didalam masjid tampak beberapa orang sedang mempersiapkan peralatan sound system. Terlihat pula lima orang hansip dengan pakaian dinas lengkap siap mengamankan acara yang akan dilaksanakan. Beginilah suasana pagi di masjid Baiturrohman Desa Temuguruh, Sempu Banyuwangi. Sebuah perhelatan rutin tiap bulan Robiul Awal untuk memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Bagi masyarakat Temuguruh, Maulid Nabi tak ubahnya seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Mereka menganggap maulid nabi adalah  hari raya ketiga yang harus di rayakan. Kelahiran  Rosulullah Muhammad SAW adalah sebuah momentum yang harus diperingati ummat Islam karena merupakan hari lahir dari Nabi utusan Allah yang telah membawa syariat Islam di muka bumi. Tak ada kegiatan ekonomi hari ini, semua energi tercurah untuk kegiatan peringatan maulid nabi.

Satu hari menjelang peringatan maulid nabi merupakan saat-saat  sibuk bagi warga Temuguruh, bahkan ada yang sengaja mudik untuk turut serta mengikuti peringatan maulid nabi di masjid jami’ Baiturrohman. Bapak-bapak terlihat sibuk menghias pohon pisang yang hendak di gunakan untuk pawai endog-endogan. Remaja putra dan putrid tampak berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengambil telur-telur yang hendak dihias. Tidak ketinggalan  para ibu juga sibuk di dapur untuk mempersiapkan hidangan yang akan digunakan untuk menjamu para tamu yang hadir di masjid Baiturrohman esok hari.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Temuguruh dilaksanakan pagi hari, sesudah Sholat Subuh tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal setiap tahunnya.  Diawali pembacaan dzikir maulid di masjid jami’  Baiturrohaman oleh beberapa orang tokoh masyarakat. Selanjutnya satu persatu tamu memasuki masjid dengan menggunakan kupon yang telah disediakan panitia. Tahun ini tercatat panitia menyediakan kupon untuk tahun ini sebanyak 1600 kupon, sebagaimana diutarakan Alim Rusli, salah seorang panitia.

Salah satu ritual yang unik untuk  mengiringi kegiatan pembacaan dzikir maulid adalah konvoi endog-endogan diarak mengelilingi Desa Temuguruh. Masayarakat tumpah ruah kejalanan untuk menyaksikan acara konvoi endog-endogan yang dihias dengan aneka rupa hiasan dan diarak dengan menggunakan berbagai macam kendaraan.  Tidak hanya itu grup  kesenian tradisional using ( kuntulan ), drumband juga turut berpartisipasi dalam acara peringatan maulid nabi setiap tahun.

Setelah berkeliling desa, arak arakan endog endogan kembali menuju masjid jami’, yang selanjutnya telur-telur yang diarak tersebut di cabuti dari pohon pisang untuk kemudian di berikan kepada tamu sebagai bingkisan. Selain telur masyarakat desa Temuguruh juga bersedakah dengan memberikan nasi bungkus yang nantinya diberikan kepada para tamu.

Kendatipun peringatan ini bertujuan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi kehadirannya masih menimbulkan kontroversi yang cukup panjang dalam sejarah perjalanan umat Islam di dunia  termasuk di Indonesia. Belum ada kesamaan pandangan di kalangan kaum muslimin, diperbolehkan atau tidaknya kaum muslimin memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Ditengah kontroversi yang belum menemukan titik temu tentang  boleh tidaknya pelaksanaan peringatan hari lahir Rosulullah Muhammad SAW, ternyata tidak menyurutkan pelaksanaan peringatan Maulid di berbagai daerah di tanah air. Masing-masing daerah memiliki cara dan tradisi yang berbeda-beda. Terbukti eksistensi pelaksanaan peringatan maulid nabi Muhammad SAW tetap terjaga seiring perjalanan waktu, ditengah gempuran modernism jaman dan sekaligus ditengah serangan-serangan kelompok ummat yang tidak memperbolehkan pelaksanaan maulid nabi.

Kontrversi pelaksanaan maulid nabi ini sebenarnya adalah problema  kesejarahan berupa kurun waktu  kapan pertama kali peringatan ini dilaksanakan. Oleh sebab peringatan ini tidak dilaksanakan pada jaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, maka beberapa kelompok berkesimpulan bahwa pelaksanaan perayaan ini tidak pernah dicontohkan oleh nabi. Sehingga dianggap mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama (bid’ah).

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, menurut sejarahnya diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.

Sedangkan tradisi endog-endogan adalah sebuah tradisi yang selalu menyertai pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di tanah using adalah  tradisi adalah tradisi turun temurun dilaksanakan di masyarakat Using di Banyuwangi. Sebagaimana ditutukan oleh Kang Bonali, salah satu sesepuh etnis Using yang tinggal di kawasan Mesjidan Desa Temuguruh.  Tetapi ketika ditanya siapa orang yang pertama kali meggunakan telur mengiringi peringatan mauled nabi. Dia tidak bisa menjawab, “ Sepengetahuan saya sejak kecil ya.. sudah begitu, saya ikut aja tradisi yang sudah ada” . Akan tetapi menurut Ustadz Mudhor Atim , seorang tokoh yang juga sejarawan Banyuwangi menyampaikan bahwa :

“ Tradisi endog-endogan itu muncul pada akhir abad ke-18. Seorang ulama asal desa Cemoro Songgon yang bernama KH. Abdullah Faqih menggunakan media telur ini sebagai media dakwah.  Menyadari bahwa masyarakat using pada saat itu masih sangat awam dan anismistis. Maka Kyai Faqih menggunakan media telur dalam memperkenalkan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat.  Penggunaan telur itu merupakan bahasa symbol yang lebih mudah dipahami dibandingkan ketika berdakwah kita langsung menjejali mereka dengan persoalan halal haram. ” (wawancara : 24 Januari 2013)

Lebih jauh lagi bahwa tradisi endog-endogan sebenarnya memiliki makna filosofis yang sangat tinggi. Endog adalah telur dalam bahasa jawa, seperti yang kita ketahui telur memiliki tiga lapisan.  Lantas apa hubunganya lapisan telur sama kelahiran Nabi Muhammad?  Tiga lapis Endog  tersebut adalah bahasa simbol yang dapat dijabarkan, lapisan telur itu terdiri dari kuningan, putihan, dan cangkang, dari sini mari kita ungkap sebenarnya maksud mengunakan telur dalam memperingati Maulid Nabi. Pertama, kuningan telur terdapat dibangian paling dalam dari sebuah telur.  Dari kuning telur ini merupakan embrio dari sebuah proses kehidupan. Dalam bagian ini terdapat protein yang tinggi maka dapat di ibaratkan sebagai IHSAN dalam kehidupan, sebagai bagian yang paling penting.

Kedua, Putihan  yang berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung kuningan. Putihan disini ibarat ISLAM, setelah ihsan maka membentuklah sebuah kenyakinan yaitu berupa islam. Ketiga, Cangkang adalah kulit terluar dari telur yang melindungi putihan dan kuningan telur tersebut. Cangkang ibarat IMAN dalam kehidupan.

Ditancapkan di pohon pisang maknanya adalah pohon pisang di ibaratkan manusia. Dalam diri manusia  terdapat perangkat qolbu yang  didalamnya dapat tancapkan apa saja, kebaikan ataupun keburukan. Maka iman, islam dan ihsan  adalah harmonisasi risalah yang di bawa Nabi Muhammad SAW, yang jika di tancapkan pada diri manusia akan  menghasilkan manusia yang tercermin dari pribadi Nabi Muhammad SAW.

Tradisi masyarakat using di wilayah Temuguruh memang memiliki perbedaan yang signifikan jika dibanding dengan tradisi using di wilayah-wilayah lain di Banyuwangi, yang biasanya  sering  dalam ritual upacaranya menghadirkan roh-roh leluhur. Karakteristik kebudayaan using di wilayah temuguruh telah berubah menjadi tradisi yang telah dipengaruhi corak kebudayaan kaum santri (baca: islam).  Tidak ada satupun ritual yang menghadirkan roh halus dalam gaya tradisi using di wilayah Desa Temuguruh./iqbal fardian

Hipotesis ini mendapat pembenaran dari pendapat Muhdor Atim yang mencontohkan tradisi endog-endogan yang berasal dari ijtihad KH.Abdullah Faqih Cemoro, dan salah satu contoh adalah tradisi Endog-endogan dalam pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun